Esport memang berbasis gim.
Dan yang menjadi kasunyataan adalah anak-anak sekarang lebih dekat dengan dunia tersebut.
"Pertama wahana mewadahi anak-anak. Talenta muda kalau tidak diarahkan bahaya. Apalagi gim jadi cabang olahraga resmi bahkan tingkat Asia Tenggara," katanya.
Kemudian kompetisi tersebut merupakan bagian dari memberikan pemahaman orangtua agar tidak memandang sebelah mata anak-anak yang dekat dan sering bermain gim.
Anak-anak butuh diarahkan.
"Teknologi tidak bisa dilawan yabg bisa kita lakukan adalah menyikapi. Agar tidak mengarah ke hal negatif," kata dia.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kudus, Harjuna Widada, mendukung kompetisi tersebut.
Gim dan teknologi sudah menjadi bagian dati tumbuh kembang anak. Untuk itu anak tetap harus mendapatkan pendampingan dari guru saat di sekolah.
Begitu saat di rumah orangtua juga harus tetap melakukan pendampingan.
"Supaya anak pegang hape untuk kegiatan yang positif. Ini salah satunya diadakan di SMP 1 Muhammadiyah Kudus," kata Harjuna.
Salah seorang peserta lomba, Al Abror Hanif Santosa, siswa kelas 6 MI 2 Muhammadiyah Kudus mengaku senang dengan adanya kompetisi tersebut.
Dalam satu timnya ada 5 siswa.
Baca juga: Sekretariat Wapres Lirik Pengolahan Sampah di Banyumas, Pantau Budidaya Magot dan Pengolahan Plastik
Sehari-hari dia dan satu timnya sering bermain bersama tanpa menggangu jam belajar.
"Ini lomba baru pertama. Besok harapannya digelar lagi," katanya.
Siswa lainnya, Ardan Lingga Abirawan siswa kelas 6 SD 3 Purwosari juga senada.
Dia senang dengan adanya kompetisi Mobile Legends.
Ke depan, jika ada kompetisi serupa dia akan ikut bersama satu timnya. (*)