TRIBUNMURIA.COM - Gubernur Jawa Tengah, Ganajr Pranowo, terus memantau update dan perkembangan laporan korban dari gempa Turki atau Turkiye.
Sejauh ini, Ganjar belum mendapat laporan adanya warga Jateng yang menjadi korban gempa Turki.
Dilaporkan, tim SAR terus berupaya mengevakuasi korban dari reruntuhan bangunan.
Baca juga: Gempa Turki, Tiga WNI Dilaporkan Terluka, Sudah Dirujuk ke Rumah Sakit
Baca juga: UPDATE Gempa Turki: Korban Tewas Ditemukan Capai Lebih 2.300 Orang, Ada Puluhan Gempa Susulan
Laporan terbaru menyebutkan, korban tewas akibat gempa Turkiye-Suriah mencapai 8.364 pada Rabu (8/2/2023).
Dikutip dari kantor berita AFP, rinciannya adalah 5.894 orang tewas di Turkiye dan 2.470 di Suriah.
Sebelumnya, pada Rabu pagi WIB AFP melaporkan bahwa jumlah korban tewas sebanyak 7.826 jiwa di kedua negara.
Tim penyelamat saat ini terus mencari orang-orang yang tertimpa reruntuhan, dan jumlah korban kemungkinan bisa bertambah.
Pejabat WHO bahkan memperkirakan hingga 20.000 orang mungkin tewas dalam gempa Turkiye dan Suriah.
Gempa Turkiye-Suriah bermagnitudo 7,8 terjadi pada Senin (6/2/2023) pukul 04.17 waktu setempat dengan kedalaman sekitar 17,9 kilometer di dekat Kota Gaziantep, Turkiye, yang dihuni kira-kira dua juta orang.
Getaran dari gempa Turkiye dan Suriah terasa sampai Greenland, kata Survei Geologi Denmark dan Greenland.
"Gelombang gempa mencapai seismograf di pulau Bornholm, Denmark kira-kira lima menit setelah guncangan dimulai," kata seismolog Tine Larsen kepada AFP.
"Delapan menit setelah gempa, guncangan mencapai pantai timur Greenland, menyebar lebih jauh ke seluruh Greenland," tambahnya.
Gempa Turkiye terbaru ini adalah yang paling mematikan di negara tersebut sejak gempa bermagnitudo 7,4 pada 1999.
Saat itu, lebih dari 17.000 orang tewas termasuk sekitar 1.000 korban di Istanbul.
Waktu kejadian dini hari, lokasi berpenduduk, garis patahan yang relatif tenang, dan lemahnya konstruksi bangunan merupakan beberapa faktor mengapa gempa Turkiye-Suriah begitu mematikan.