TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Gang Baru yang ada di Kawasan Pecinan Kota Semarang, jadi saksi hidup Rudianto (60) mengais rezeki.
Sembari duduk di atas becak tuanya, pria asal Wonogiri Jateng yang sudah merantau ke Kota Semarang sejak 1977 itu, menunggu penumpang.
Gang tersebut dipenuhi hilir mudik masyarakat, namun tak satu pun ada yang mau menggunakan jasanya.
Meski demikian Rudianto tak patah arang, ia tetap menanti dan bersabar.
Di tengah penantiannya, pria ramah itu berujar becak terus digerus zaman.
Masifnya kendaraan hingga transportasi online, membuatnya semakin mengerutkan dahi.
"Beda sekali dengan tahun 1980 hingga 1990, dulu Gang Baru dipenuhi becak," tutur Rudianto, Selasa (17/1/2023).
Baca juga: Diduga Dibunuh, Perempuan Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Berlumuran Darah di Kamar Hotel di Blora
Baca juga: Ratusan Ribu Kades se-Indonesia Termasuk dari Jepara Gelar Aksi di DPR, Tuntut Masa Jabatan 9 Tahun
Baca juga: Kabar Gembira, Pasar Imlek Semawis Tahun Ini Digelar di Pecinan Semarang, Ini Tanggalnya
Pria ramah itu juga mengingat masa kejayaan becak di Kota Semarang.
Di mana saat itu, ia bisa mendapat Rp 50 ribu kurang dari sehari.
Kini, untuk membeli sarapan saja Rudianto harus menunggu hingga sore hari.
"Kadang ya saya tidak dapat penghasilan, alhasil tidak makan seharian," tuturnya.
Keberadaan becak di Gang Baru dikatakannya hanya tinggal hitungan jari.
Hal itu lantaran penghasilan mengayuh becak tidak bisa diandalkan.
Bahkan meski ada perayaan imlek di kawasan pecinan, menurut Rudianto juga tidak berpengaruh pada pendapatan yang diterimanya.
"Mau bagaimana lagi, nasib becak sekarang memang seperti ini. Meski pasar pecinan ramai, tapi pengunjung membawa kendaraan pribadi atau menggunakan transportasi online," terangnya.