Berita Jateng

Pecinan Kota Semarang Ada Sejak Abad 17, Imbas dari Penyerangan Tionghoa ke Tangsi Militer Kolonial

Penulis: Budi Susanto
Editor: Muhammad Olies
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas masyarakat di kawasan Pecinan Kota Semarang jelang Imlek, Sabtu (14/1/2023).

Justru toleransi antar etnis justru terbangun lebih kuat dalam perjalanan pengelompokkan pemukiman etnis oleh pemerintah kolonial di Kota Semarang.

Bahkan menurut Asrida Ulinuha satu di antara pemerhati budaya dan sejarah Kota Semarang, pengelompokan pemukiman itu menjadikan kawasan Pecinan Kota Semarang sebagai kawasan multikulturalisme.

Jika dilihat dari sudut pandang antropologi, meski dikelompokkan masyarakat di Pecinan Kota Semarang tidak bisa lepas dari etnis lainya.

Ditambah kemiripan nasib dan kebudayaan, membuat masyarakat di Pecinan Kota Semarang mulai bekerjasama dengan etnis lainnya.

"Dari abad 17, sinergi itu terjalin hingga sekarang. Bahkan terjadi akulturasi budaya, satu di antaranya lontong cap go meh," terang Asrida Ulinuha, Sabtu (14/1/2023).

Terpisah, Sumarjo (68) satu di antara warga Gang Baru Pecinan Kota Semarang menuturkan, meski Pecinan Kota Semarang diisi oleh masyarakat Tionghoa namun hubungan antar etnis yang ada di wilayah sekitar berjalan secara baik.

Ia masih mengingatkan saat Imlek 1977, di mana masyarakat Tionghoa disuguhi tontonan wayang oleh masyarakat Jawa.

Tak hanya itu, ketika Idhul Fitri dan Natal. Masyarakat Tionghoa juga mendatangi satu persatu rumah warga yang merayakan.

"Benar-benar damai ketika itu meski saat orde baru ada stigma negatif bagi masyarakat Tionghoa, namun kami tidak merasa ada batasan. Baik masyarakat Tionghoa, Jawa, Arab dan lainnya tetap bersama-sama menjalankan kebudayaan masing-masing," imbuhnya.