Sesekali, ia juga masih menyempatkan diri mampir ke warung kopi, untuk bercengkrama dengan warga lainnya.
Tentu, sembari menyesap kopi dan satu-dua jajanan.
"Kadang ya masak sendiri, kala-kala ya dikirim sama anak dan kerabat," jelas Mbah Sastro Surip.
Lahir saat pembangunan Waduk Tempuran
Mbah Sastro Surip mengaku tak ingat persis, tahun kapan ia dilahirkan.
Namun, berdasarkan riwayat dari orangtuanya dulu, Mbah Sastro Surip dilahirkan saat pembangunan Waduk Tempuran, oleh pemerintah kolonial Belanda.
Dilansir id.wikipedia.org, Waduk Tempuran dibagun pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1916.
Sehingga, bisa dikatakan, Mbah Sastro Surip dilahirkan pada sektiar tahun 1916.
Saat Jepang masuk Indonesia pada 1942, Mbah Sastro Surip sudah menjadi pemuda matang, dengan usia berkisar 25 tahun.
Karena itu, Mbah Sastro Surip mengaku masih mengingat bagaimana rasanya dijajah oleh Nippon.
"Ya masih ingat, saat Jepang berkuasa di sini," ucap Mbah Sastro Surip, tanpa menjabarkan lebih detail, kisah pendudukan Jepang di Nusantara.
Rahasia umur panjang Mbah Sastro Surip
Ketika disinggung apa rahasia umur panjang, Mbah Sastro Suirp, mengaku tak punya hal khusus.
Menurut Mbah Sastro Surip, kunci umur panjang adalah satu: kesederhanaan.
Kata Mbah Sastro Surip, hidup dipenuhi ambisi. Namun, bukan berarti tak bekerja keras.