Saksi bermaksud menginformasikan pada publik atas peristiwa kekerasan dan memberi tindakan pada pelaku.
"Bisa jadi sebaliknya, ia menikmati kekejaman tersebut. Dan jika benar, indikator kuat bahwa saksi bisa saja tidak memiliki empati," tambah Dr Edy.
Ketidakmampuan saksi memiliki empati ketika melihat orang lain tidak berdaya disiksa dan sama sekali tidak merasa iba.
Bisa dikatakan bila perilaku kedua yang menjadi landasan beredarnya video kekerasan tersebut merupakan indikasi saksi bebal empati.
Selain saksi anak, Dr Edy menyatakan reaksi orang tua pada korban anak ialah membantu mengembangkan kebanggaan terhadap diri anak dan secara serius mencari kelebihan pada diri anak dan membincangkannya bersama anak.
Sementara itu, Lestari Moerdijat, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) menyatakan kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak merupakan kompleksitas permasalahan dan tantangan generasi muda.
Anak-anak yang merupakan calon pemimpin masa depan harus memiliki kecerdasan dan kemampuan dalam mencerna informasi dan mengelola teknologi.
"Manusia tidak boleh menjadi objek teknologi, manusia harus menjadi subjek teknologi," tegasnya.
Meski demikian, ia menilai tidak bisa dilakukan pembatasan penggunaan gawai maupun sosial media pada anak karena dunia saat ini sudah tanpa batas.
Menurutnya, bila membatasi pada satu titik, di titik lainnya berpotensi jebol.
Baginya, pembatasan harus dilakukan oleh pihak yang memegang nilai dan aturan di mana anak tersebut tumbuh, yakni orang tua dan masyarakat.
Masyarakat dan orang tua harus memiliki kemampuan untuk terlibat dalam memberikan nilai pada anak.
Bagi sebagian anak, perundungan dianggap keren dan kemudian hal tersebut yang mendasari para pelaku merekam dan mengunggahnya di sosial media.
Lestari menyoroti persepsi yang salah dari perundungan hal yang keren tersebut dibiarkan hidup di masyarakat.
Baca juga: Dorong Pembayaran Nontunai, Trans Semarang Bakal Pasang Tarif Lebih Murah Daripada Tunai
Baca juga: Peternak di Pati Diminta Jaga Kebersihan Sanitasi Kandang, Antisipasi Penyakit Mulut dan Kuku
Untuk itu, tugas dari generasi yang lebih tua, baik orang tua maupun masyarakat untuk mengembangkan pemahaman komprehensif pada anak muda tentang hal yang tidak baik itu bukanlah hal yang keren.
Adanya pemberian sanksi atas perilaku anak yang melewati batasan harus diberikan, baik sanksi sebagai edukasi maupun sanksi atas perbuatan yang memenuhi unsur kriminal agar menjadi efek jera.
"Orang tua harus menjadi benteng dan penyaring bagi anak-anak," tegasnya seusai menghadiri Talkshow Semarang Smart Anak Mudanya, Smart Citynya di Radjawali Semarang Cultural Center.
(*)