Meski terbatas, aliran listrik di Parang sudah sangat membantu kehidupan warga setempat.
Aminun membeberkan perawatan PLTD/S di Pulau Parang tidak mudah.
Selain itu juga membutuhkan biaya besar. Sementara potensi kerusakan pada aset juga besar.
Sejak 2019, kata dia, sebagian besar baterai pada pembangkit listrik itu sudah rusak. Aliran listrik yang bersumber dari PLTS menjadi tidak maksimal.
“Kalau dulu, pas matahari terik panas kita tidak usah pakai genset."
"Tapi, karena baterainya rusak, sekarang genset malah menjadi pembangkit utama,” ujarnya
“Katanya ada anggaran perawatan tahun ini. Diharapkan pembangkit yang tidak berfungsi bisa kembali berfungsi,” imbuhnya.
Dia menerangkan, mulai 2022 manajemen pengelolaan PLTD/S akan dilakukan PLN. Untuk sementara, ini PLN akan menggunakan peralatan pembangkit yang ada.(yun)