Berita Internasional

Prabowo Pilih Temui Putin di Rusia daripada Hadiri KTT G7, Pengamat: Itu Pilihan Tepat

Presiden Prabowo pilih langsung terbang ke Rusia untuk temui Vladimir Putin daripada hadiri KTT G7 Kanada, selepas lawatan luar negeri dari Singapura.

Biro Pers Sekretariat Presiden
DISAMBUT DIASPORA INDONESIA - Presiden Prabowo Subianto disambut diaspora Indonesia dan sejumlah pihak, setibanya di Singapura pada Minggu (15/6) malam.  

TRIBUNMURIA.COM, SINGAPURA - Presiden Prabowo Subianto memilih langsung terbang ke Rusia selepas lawatan luar negeri dari Singapura. Di Rusia, Prabowo Subianto dijadwalkan menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, pada Kamis (19/6). 

Selanjutnya, pada tanggal 20 Juni keesokan harinya, Prabowo direncanakan menghadiri St. Petersburg International Economic Forum 2025. Pada forum tersebut, Presiden Prabowo bakal didapuk menjadi pembicara utama.

"Di Rusia, Presiden Prabowo yang diundang langsung oleh Presiden Putin, akan diterima secara resmi sambutan kenegaraan, dan akan melakukan pertemuan bilateral pada 19 Juni 2025," terang Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya, melalui akun Instagram @sekretariat.kabinet, Senin (16/6).

Baca juga: Prabowo Teken Perpres Jaksa Dapat Pengamanan Tentara, Ini Penjelasan Kapuspen Brigjen TNI

Baca juga: Prabowo Pastikan Danantara akan Ivestasi di Sektor Energi: Kami Sudah Siapkan Dana yang Besar

Menurut Teddy, kunjungan kenegaraan ini merupakan kunjungan yang sangat strategis untuk memperkuat kerja sama dan kemitraan komprehensif antara Indonesia dan Rusia. Undangan secara langsung dari Putin, sambung Teddy, menunjukkan bahwa Indonesia dipandang sebagai negara besar.

"Indonesia semakin dipandang di mata dunia, terutama di tengah berkembangnya berbagai tantangan global yang sedang meningkat," tandas dia.

Diketahui, Presiden Prabowo mendapatkan dua undangan kenegaraan pada waktu hampir bersamaan. Pertama, undangan dari Presiden Rusia Vladimir Putin, dan kedua dari Forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang diselenggarakan di Kanada, pada 15-17 Juni 2025.

Diketahui, sebelum bertolak ke Rusia, Presiden Prabowo terlebih dahulu melakukan lawatan ke Singapura. Prabowo telah di Singapura sejak Minggu (15/6) malam. Ia disambut langsung di bawah tangga pesawat oleh Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, setibanya di Pangkalan Udara Paya Lebar Air Base sekitar pukul 21.00 waktu setempat.

Prabowo juga disambut oleh diaspora Indonesia, mulai dari pelajar sekolah dasar, mahasiswa, hingga masyarakat umum, setibanya ia di hotel tempatnya bermalam di Singapura. Sejumlah Menteri Kabinet Merah Putih yang lebih dahulu tiba di Singapura juga turut menyambut Presiden di lobi hotel.

"Beliau menghadiri Singapore-Indonesia Leaders’ Retreat pada 16 Juni 2025," terang Teddy.

Dalam forum tingkat tinggi Leaders’ Retreat bersama Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, di Parliament House, Singapura, Presiden Prabowo menyampaikan keinginannya melakukan kolaborasi strategis antara perusahaan investasi milik Singapura, Temasek Holdings, dan sovereign wealth fund (SWF) Indonesia, Danantara, di sektor energi hijau dan pengembangan kawasan industri berkelanjutan. 

“Kami menantikan kolaborasi erat antara Temasek dan Danantara, khususnya di sektor energi terbarukan, kawasan industri berkelanjutan, serta pengembangan wilayah Batam, Bintan, dan Karimun dalam sektor energi rendah karbon dan infrastruktur penting,” ujar Prabowo. 

Prabowo juga menyampaikan apresiasi atas kontribusi besar Singapura dalam investasi langsung ke Indonesia. Tahun lalu, investasi dari Singapura tercatat menyumbang sekitar sepertiga dari total Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia. 

Dalam kesempatan tersebut, Prabowo juga menegaskan pentingnya adopsi praktik-praktik terbaik dari Singapura, termasuk dalam hal pembangunan hunian terjangkau, pengelolaan dana negara, dan diplomasi berbasis budaya seperti Orchid Diplomacy. Dalam momen simbolis yang menyentuh, Prabowo diberikan kehormatan menamai anggrek dengan nama ibundanya, menurut Presiden, itu sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan dan kasih sayang seorang ibu. 

Terpisah, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO), Hasan Nasbi, mengungkap alasan Presiden Prabowo lebih memilih bertolak ke Rusia dibanding G7 di Kanada. Kata Hasan, undangan dari Rusia lebih dulu disampaikan daripada KTT G7 Kanada.

"Undangan dari Rusia sudah diterima sejak beberapa bulan lalu, mungkin sejak Maret atau April. Dan sudah dipersiapkan sejak lama," katanya, di Kantor PCO, Jakarta Pusat, Senin.

Sementara itu, undangan KTT G7 disebut baru sampaikan pada awal Juni 2025. Di satu sisi, Prabowo juga harus mengikuti pertemuan tahunan di Singapura yang jadwalnya berdekatan dengan KTT G7 serta St Petersburg International Economic Forum.

"Pemerintah lebih mendahulukan komitmen-komitmen yang memang sudah dibuat di awal. Karena komitmen dengan Rusia sudah dibuat jauh-jauh hari," jelas dia. 

Pilihan tepat

Keputusan Presiden Prabowo Subianto yang lebih memilih bertemu Presiden Vladimir Putin, dibanding menghadiri KTT G7 di Kanada, dinilai merupakan pilihan tepat. Hal itu disampaikan Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana.

Menurut Hikmahanto, keputusan tersebut memberikan banyak keuntungan bagi posisi Indonesia di panggung global. Hikmahanto menjelaskan bahwa ada tiga alasan utama mengapa kehadiran Prabowo di Rusia lebih menguntungkan.

Pertama, jika Presiden Prabowo menghadiri KTT G7 di Kanada, maka hal ini dapat memunculkan persepsi bahwa Indonesia lebih mendekatkan diri pada negara-negara barat yang tergabung dalam OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). Sebaliknya, jika berkunjung ke Rusia, Indonesia akan dipandang lebih serius dalam kaitannya dengan BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan), yang merupakan kelompok ekonomi besar dunia. 

Kedua, Hikmahanto menambahkan, bahwa dengan menghadiri pertemuan di Rusia, Indonesia memiliki peluang lebih besar untuk mengangkat isu Palestina, khususnya nasib rakyat Palestina di Gaza. Hal ini penting karena Amerika Serikat (AS) selalu berada di belakang Israel. 

"Pengimbangnya hanya Rusia dan China," katanya. 

Ketiga, Hikmahanto menjelaskan bahwa Indonesia bukan bagian dari negara-negara G7 dan diposisikan sebagai negara berkembang dalam forum tersebut. Di KTT G7, Indonesia hanya akan menjadi pendengar tanpa memiliki daya tawar yang kuat. (Kompas.com)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Prabowo Langsung Terbang ke Rusia Temui Putin Setelah dari Singapura

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved