Pilkada 2024
Kisah Bima-Mujab Paslon Nol Rupiah PDIP di Pilbup Tegal 2024, Buktikan Politik Tanpa Mahar Itu Ada
Bima-Mujab adalah paslon nol rupiah yang diusung PDIP. Keduanya bukan dari keluarga politikus. Mujab berasal dari keluarga prasejatera penerima BLT.
- Bima Eka Sakti dan Syaeful Mujab adalah pasangan muda usia yang diusung PDIP di Pilkada Kabupaten Tegal 2024.
- Bima-Mujab, buktikan politik nol rupiah maju pilkada tanpa mahar itu masih ada.
- Bima berasal dari keluarga berlatar belakang PNS, sementara Mujab berasal dari keluarga miskin penerima bantuan pemerintah.
TRIBUNMURIA.COM, SLAWI - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Tegal 2024, akhirnya tanpa kotak kosong, setelah Bima Eka Sakti-Syaeful Mujab turut mendaftar sebagai pasangan calon bupati-wakil bupati di KPU, Kamis (29/82024).
Pasangan Bima-Mujab yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan melawan pasangan Ischak Maulana Rohman-Akhmad Kholid, yang diusung 12 partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Selain masih berusia muda, yang menarik dari pasangan Bima-Mujab adalah keduanya bukan berasal dari keluarga berlatar belakangan politisi. Saat ini Bima masih berusia 32 tahun, sementara Mujab tiga tahun lebih muda, yakni 29 tahun.
Seperti apa sosok keduanya?

Pasangan calon Bima Eka Sakti-Syaeful Mujab yang diusung oleh PDIP sendirian, adalah pasangan nol rupiah. Keduanya, diusung tanpa mengeluarkan ‘mahar politik’ sepeser pun.
“Sebagai orang yang pernah menjadi mahasiswa Ilmu Politik di UI, saat ini saya membuktikan, bahwa politik nol rupiah tanpa mahar dan berbasis ideologi untuk kepentingan rakyat itu masih ada."
"Kami sama sekali tak mengeluarkan mahar, tak keluar uang sepeser pun untuk mendapat tiket (surat rekomendasi dari partai, red) untuk bisa ikut Pilkada ini,” kata Mujab, kemarin.
Bima yang berlatar belakang seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng), bukan berasal dari keluarga politikus. Ia berasal dari keluarga PNS.
Ia adalah alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Terakhir, Bima bertugas di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Jateng.
Sementara, Syaeful Mujab berasal dari keluarga miskin, yang mentas dari jerat kemiskinan setelah mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia (UI) dan kemudian melanjutkan jenjang S2 Development Studies di London School of Economics and Political Science (LSE), Inggris.
Bima menyatakan, ia memutuskan keluar dari zona nyaman dan mengundurkan diri dari PNS setelah bertekad bulat mengabdikan dirinya untuk masyarakat Kabupaten Tegal, melalui jalur politik.
Menurutnya, ini merupakan pintu masuk baginya untuk mewujudkan Kabupaten Tegal yang lebih maju dan sejahtera.
Bima Eka Sakti yang juga punya kesibukan lain sebagai musisi dan pegiat media sosial, mengaku mengenal ideologi Marhaenisme sejak 2016. Karena itu, ia berterima kasih mendapat rekomendasi dari PDIP -partai politik dengan ideologi Marhaenisme.
Bima pernah bertugas Kepala Rumah Tangga Puri Gedeh, saat Ganjar Pranowo menjabat sebagai Gubernur Jateng. Sebagai anak muda, Bima mengaku belajar banyak dari sosok Ganjar.
“Misalnya, program-program digitalisasi yang sangat memudahkan masyarakat untuk mengakses layanan publik dan menyampaikan keluhan, saran, atau masukan. Saya kira banyak perubahan yang harus dibuat di Tegal,” katanya.
Sementara, Syaeful Mujab adalah pemuda yang berasal dari keluarga miskin. Untuk menghidupi keluarga, ibunya yang seorang single parent menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau buruh migran di luar negeri.
“Saya memang dekat dengan Ibu dan nenek, makanya saat saya minta doa restu pada Ibu tentang ini, salah satu pesannya ya untuk memperhatikan ibu-ibu dan ibu, karena tentu banyak orang-orang yang bernasib seperti kami dulu,” ujarnya.
Keluarga Mujab kecil dibesarkan oleh keluarga prasejahtera, penerima bantuan langsung tunai (BLT). Saat kecil, Mujab acapkali ikut sang nenek untuk mengantre jatah raskin, juga mengambil BLT di kantor pos.
Mujab adalah penerima bantuan pendidikan sejak SD, serta Bidikmisi saat kuliah di UI. Berasal dari keluarga penerima bantuan sosial pemerintah, mendorong Mujab ingin belajar lebih lanjut tentang pembangunan, dan kebijakan yang berdampak bagi setiap lapisan masyarakat.
“Saya percaya bahwa kebijakan publik, pembangunan, itu akan terdampak positif jika diukur dengan baik, direncanakan dengan baik dan tidak mengabaikan kelompok-kelompok tertentu," tutur co-founder organisasi pemuda Generasi Perintis ini.
Setelah lulus dari SMP Adiwerna, Kabupaten Tegal, keluarga ingin agar Mujab meneruskan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun, Mujab bertekad masuk SMA untuk kemudian melanjutkan kuliah dengan membidik jalur beasiswa.
Diterima di kampus bergengsi, di Manajemen Kebijakan Publik di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Mujab memilih berkuliah di UI. Selama kuliah, Mujab yang aktif di organisasi, hingga menjabat sebagai Ketua BEM UI.
Selain aktif di organisasi kampus, Mujab juga berkegiatan di luar kampus untuk memperluas jejaringnya. Mujab merupakan pemenang pemilihan Abang-None Jakarta pada tahun 2018.
Setelah melalui kehidupan yang tak mudah, kini Mujab bertekad ingin mengabdikan diri kepada masyarakat Kabupaten Tegal melalui jalur politik.
Ia sadar, hajat hidup orang banyak, termasuk bantuan untuk orang miskin seperti semasa ia kecil dulu, ditentukan kebijakan politik.
"Saya bertekad bisa lebih berkontribusi untuk mengangkat orang-orang miskin lainnya, yang mungkin tidak seberuntung saya, atau mungkin berada di kondisi saya di masa lalu, untuk bisa punya kehidupan yang lebih baik lewat kebijakan dan pembangunan yang baik,” tutur stafsus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, ini.
Singgung jerawat dan mental health saat tes kesehatan
Pasangan bakal calon bupati-wakil bupati Tegal , Bima Eka Sakti-Syaeful Mujab menyelesaikan seluruh rangkaian tes kesehatan sebagai persyaratan maju Pemilihan Bupati (Pilbup) Tegal 2024 di RSUP dr Kariadi Semarang, Minggu (1/9/2024).
Pasangan bakal calon bupati-wakil bupati di Pilkada Tegal 2024 yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu mengaku bila semua tahapan tes kesehatan yang mereka ikuti berjalan lancar.
Bima mengaku, dari rangkaian tes kesahatan fisik dan rohani yang ia ikuti, secara umum tak ada kendala. Hanya, kata dia, ada sedikit masalah pada wajahnya yang berjerawat.
“Semuanya alhamdulillah lancar. Ini tadi hanya soal jerawat,” kata Bima berkelakar, seusai menjalani tes kesehatan.
Bima menyebut, jerawat di wajahnya timbul lantaran menahan kerinduan setelah tiga hari mengikut rangkaian tes kesehatan di RSUP dr Kariadi Semarang.
“Rindu bertemu warga Tegal, sudah tiga hari di Semarang mengikuti tes kesehatan,” ucap mantan ajudan Ganjar Pranowo ini.
Sementara, Syaeful Mujab, menyinggung soal kesehatan mental atau mental health. Dituturkan, ia dan juga Bima harus menjawab 567 soal dalam rangkaian tes kesehatan rohani.
“Jadi soal kesehatan mental itu, yang Gen Z biasanya menyebutnya sebagai mental health itu penting,” tutur mantan Ketua BEM UI ini.
Saat hari terakhir menjalani tes kesehatan di RSUP dr Kariadi, Bima dan Mujab mengenakan outfit olahraga.
Bima tampak mengenakan jersey Manchester United (MU) warna merah bernomor punggung 7 dan nama punggung Ronaldo.
Sementara, Bima mengenakan celana training dan kaus hitam, serta berjaket warna gelap.
Bima menyebut, menyukai warna merah, dan kesetiannya mendukung tim kesayangan.
“Saya menyukai warna merah, dan mengenakan kaus MU ini adalah soal kesetiaan,” ucapnya.
Sementara, Mujab menyebut, ia memang gemar berolahraga, terutama joging atau lari.
“Dan itu mungkin nanti bisa menjadi tema kampanye kita ke depan,” kata Mujab, yang semasa pernah pernah ikut neneknya mengantre jatah beras mikin dan BLT di kantor pos ini.
Diketahui, pasangan Bima-Mujab yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan melawan pasangan Ischak Maulana Rohman-Akhmad Kholid, yang diusung 12 partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Selain masih berusia muda, yang menarik dari pasangan Bima-Mujab adalah keduanya bukan berasal dari keluarga yang berlatar belakangan politisi. Saat ini Bima masih berusia 32 tahun, sementara Mujab tiga tahun lebih muda, yakni 29 tahun. (*)
Partisipasi Pemilih Pilkada Blora Hanya 71,24 Persen, Lebih Rendah dari Target KPU |
![]() |
---|
Minoritas Ganda, Agustina Wilujeng Menang Pilwakot Semarang, Komnas HAM: Percontohan Indonesia |
![]() |
---|
Samani-Bellinda Klaim Kemenangan 52,7 Persen di Pilkada Kudus: Jati Lumbung Suara Terbesar |
![]() |
---|
Hampir Gagal Ikut Pilkada Papua Barat Daya, Paslon Arus Unggul Exit Poll di Wilayah Padat Pendduk |
![]() |
---|
Nyoblos di TPS 03 Kaliombo, Jadug: Masyarakat Jepara Sudah Cerdas Tentukan Pemimpin |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.