Berita Nasional

Muhammadiyah Terima Konsesi Tambang dari Jokowi tapi Haedar Nashir Emoh Dikaitkan dengan Politik

PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, meminta agar keputusan Muhammadiyah terima konsesi tambang agar tak dikaitkan dengan politik.

Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: Yayan Isro Roziki
Dok Panitia Muktamar Muhammadiyah Solo
Haedar Nashir (kiri) dan Abdul Muti (kanan), kembali terpilih sebagai Ketua dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, dalam Muktamar 48 Muhammadiyah Solo. Keduanya akan memimpin PP Muhammadiyah periode 2022-2027. 

TRIBUNMURIA.COM, REMBANG - PP Muhammadiyah akhirnya sepakat menerima konsesi tambang untuk ormas keagamaan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Namun, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, meminta keputusan persarikatan menerima izin tambang tersebut agar tidak ditarik-tarik ke ranah politik.

"Kami minta dengan rasa hormat, keputusan soal tambang ini, jangan dibawa-bawa, ke urusan politik, karena kami tidak masuk ke ranah itu," katanya, kepada Tribunmuria.com, saat ditemui usai acara silaturahmi petani tebu yang digelar oleh PT Wadah Karya Rembang, di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Senin (12/8/2024).

Menurut Haedar Nashir, Muhammadiyah akan mengelola tambang sesuai regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

"Jadi kami mengelola tambang pada apa yang sudah diberikan koridornya oleh peraturan pemerintah," terangnya.

Oleh karena itu, Haedar Nashir juga meminta agar narasi yang beredar di media untuk tidak selalu menyudutkan Muhammadiyah.

"Kami minta wartawan memposisikan diri, jangan dianggap kami itu seperti seolah-olah mengelola tambang ilegal, yang bertentangan dengan hukum, atau seperti yang berlawanan dengan kehendak rakyat, seperti akan merusak lingkungan," jelasnya.

Tidak hanya itu, Haedar Nashir juga mengajak berbagai pihak obyektif dalam menilai keputusan Muhammadiyah menerima izin tambang.

"Coba kita obyektif, kami ini bergerak di situ bahwa ajaran agama membolehkan, kemudian dari sisi hukum juga membolehkan."

"Kita juga punya standar yang tinggi, Agar terkelola dengan good governance.

"Yang selanjutnya harus pro kesejahteraan rakyat, dan terakhir pro lingkungan, agar tidak merusak lingkungan, jadi konsep-konsep ini harus menjadi satu kesatuan, jangan dibawa ke ranah politik," paparnya. (Iqs)

Sumber: TribunMuria.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved