Berita Semarang

Viral 'Kampung Mati' di Cepogo Semarang, Ditinggalkan Penghuni Bukan karena Mistis, Ini Faktanya

Viral kampung mati di Cepogo, Kota Semarang. Faktanya ditinggalkan penghuni bukan karena faktor mistis, namun karena faktor keamanan. Seperti apa?

Penulis: Agus Salim | Editor: Yayan Isro Roziki
TribunMuria.com/Agus Salim Irsyadullah
Deretan rumah kosong di Kelurahan Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang yang viral disebut sebagai "kampung mati", Sabtu (14/10/2023). 

Viral kampung mati di Kelurahan Cepogo, Gunungpati, Kota Semarang. Faktanya ditinggalkan penghuni bukan karena faktor mistis, namun karena faktor keamanan. Seperti apa?

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Fakta kampung mati di Kelurahan Cepogo, Gunungpati, Semarang, bukan karena hal mistik.

Unggahan video bernarasi "Kampung Mati Semarang" viral di YouTube dan TikTok.

Video yang diunggah beberapa akun itu menyebut, lokasi kampung mati ada di RT 4 RW 1 Kelurahan Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.

Deretan rumah kosong di Kelurahan Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang yang viral disebut sebagai
Deretan rumah kosong di Kelurahan Cepoko, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang yang viral disebut sebagai "kampung mati", Sabtu (14/10/2023). (TribunMuria.com/Agus Salim Irsyadullah)

Bahkan, pemilik akun menyebutkan bila banyak warga sekitar yang menjadi korban gangguan mistis di lokasi itu.

Tribunmuria.com kemudian melakukan penelusuran di lokasi itu.

Sepanjang perjalanan dari Mijen ke Gunungpati, melewati hutan jati yang cukup luas.

Sesampai di Kelurahan Cepoko, Tribunmuria.com kemudian bertanya ke beberapa warga sekitar.

Awalnya, mereka tak tahu-menahu lokasi "kampung mati" di kelurahan tersebut.

Hingga akhirnya setelah penjelasan lebih detail, warga menunjukkan lokasi yang dimaksud.

Persisnya, sekitar 50 meteran di gang depan Kantor Kelurahan Cepoko.

Akses menuju lokasi "kampung mati" sangat mudah.

Kondisi jalan masih bagus meskipun terdapat beberapa titik aspal yang mengelupas. Mobil juga bisa masuk secara mudah.

Saat tiba di lokasi, terlihat belasan rumah yang sudah usang.

Tak seperti yang dibayangkan, desain rumah justru terlihat megah.

Jauh dari kesan dekorasi bangunan lawas, yang khas dengan tiang kayu.

Rumput liar menjulang tinggi menutupi bangunan.

Beberapa bagian rumah sudah hilang dan ada yang sudah dirobohkan.

Di antara belasan rumah tersebut, ada satu rumah di sekitar lokasi yang digunakan aktivitas bisnis grosir gas LPG.

Juga, satu rumah di sebelahnya yang digunakan pengolahan pupuk kandang.

Warga Cepoko Raya, Eri, mengatakan kawasan tersebut bukanlah kampung mati seperti informasi yang tersebar di beberapa video.

Menurut Eri, dahulu lokasi itu sebagai tempat bisnis properti.

"Nggak bener itu kampung mati. Dulunya untuk simpanan barang barang, bukan dihuni," kata Eri Sabtu (14/10/2023).

Musanusi, satu di antara pekerja yang ikut membangun rumah tersebut mengaku kaget, saat mendengar bekas proyek rumah itu kini disebut sebagai kampung mati.

"Ini harus diluruskan. Jadi bukan kampung mati, dulunya memang ada aktivitas di situ."

"Ada yang menghuni, tapi bukan berarti kampung mati," ucapnya Sabtu (14/10/2023).

Menurutnya, dahulu lokasi tersebut menjadi kompleks perumahan golongan menengah yang dibangun sekitar tahun 1980-an.

Namun, kondisi di Kelurahan Cepoko yang dulu masih sepi, membuat keamanan perumahan tersebut minim. 

Alhasil, banyak terjadi penjarahan yang membuat penghuni rumah satu persatu berpindah.

"Dulu awalnya itu hanya 2-3 rumah. Terus nambah-nambah."

"Tapi karena di sini dulu sepi, ada garong masuk rumah."

"Minta-minta uang, terus yang punya rumah takut," jelasnya.

Musanusi menambahkan, kawasan perumahan tersebut mulai kosong sekitar tahun 2000-an.

Sejak saat itu, lokasi perumahan tidak dihuni hingga sekarang.

"Itu tanah sekitar 5 hektar sudah kosong sejak tahun 2000-an," imbuhnya.

Musanusi menampik jika perumahan tersebut sebagai tempat angker.

Menurutnya, warga sekitar tak pernah menjadi korban teror seperti yang tersebar di media sosial.

"Warga sekitar menganggap di sini tidak angker malah."

"Mungkin kalau ada hantu kakek tua kemungkinan ya gitu, namanya lelembut ya bisa saja ada."

"Karena rumah lama nggak ditempati. Tapi kami tidak menganggap di sini angker," sambungnya.

Sesepuh Kelurahan Cepoko, Suharno juga membantah kawasan tersebut sebagai lokasi yang mistis.

Dirinya belum pernah mendapat laporan warga mengenai teror kemistisan di lokasi tersebut.

"Saya jadi RW sejak 11 tahun kurang lebih tahun 90-an."

"Belum pernah menerima laporan adanya hal-hal yang mistis," katanya saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Sabtu sore (14/10/2023).

Ia menjelaskan, pengosongan rumah di lokasi tersebut merupakan imbas dari kasus pencurian yang membuat warga di sana tidak betah.

"Itu faktor keamanan, bukan karena faktor mistis atau apa menurut saya."

"Dulu sering kemalingan, ada saja yang dicuri. Nah lama-lama kan warga eggak betah, terus ditinggal penghuni,"

"Dan setelah ditinggal terus kosong, perawatan diserahkan ke orang-orang."

"Ternyata malah semakin menjadi, yang punya rumah tidak kerasan." terangnya. (*)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved