Haji 2023

Pasutri Nenek Penjual Kerupuk dan Kakek Buruh Tani asal Kudus Naik Haji, Modalnya Uang Koin

pasutri usia lanjut di Desa Gondangmanis Kudus naik haji usai mengumpulkan uang hasil berjualan kerupuk dan bekerja sebagai buruh tani

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Muhammad Olies
Tribunmuria.com/ Rezanda Akbar D
Wagiran (68) dan sang istri Sripurwati (59) penjual kerupuk dan buruh tani di Kudus yang menunaikan ibadah haji tahun ini.  

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Kebahagiaan menyelimuti pasangan suami istri (pasutri) usia lanjut di Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Wagiran (68) dan Sripurwati (59) .

Sebab kakek buruh tani dan nenek penjual kerupuk naik haji tahun ini.

Pasutri lansia ini berhasil memenuhi rukun Islam yang ke lima usai mengumpulkan uang hasil berjualan kerupuk dan bekerja sebagai buruh tani.

Niat sepasang pasutri tersebut bisa beribadah haji ke Tanah Suci Mekkah muncul saat tahun 2012.

Hanya bermodalkan mengumpulkan uang koin, sang suami Wagiran (68) dan sang istri Sripurwati (59) bisa dinyatakan berangkat ibadah haji pada tahun 2023.

Uang koin yang dia dapatkan sehari-hari tersebut berasal dari berjualan kerupuk dan menjadi buruh tani. 

Setiap harinya, Sripurwati harus menaiki sepeda tuanya yang sudah berkarat untuk berkeliling menjual kerupuk, lauk-pauk hingga jajanan pasar antardesa.

Untung dari berjualan kerupuk yakni Rp 20 ribu, itupun kalau semua kerupuk yang dia jual habis dalam sehari. Jika tidak dia harus menanggung kerugian apabila sudah tidak layak jual.

Untuk menambah keuntungan dari jual kerupuk, Sripurwati juga berjualan lauk pauk ataupun jajanan pasar. Terkadang, dia juga dibantu oleh suaminya. 

Baca juga: Nenek Penjual Pisang di Kudus Naik Haji, Sempat Kehilangan Uang Hingga Keberangkatan Diundur

Baca juga: Kakek Tukang Jual Ikan di Brebes Naik Haji, Pilih Haji Plus Karena Daftar Tunggu Puluhan Tahun

Untung yang tidak sebanding dengan lelahnya dia berjualan tetap dilakoni untuk mencapai impiannya berangkat ke tanah suci dan menunaikan ibadah hajinya.

Begitupula dengan Wagiran yang bekerja sebagai buruh tani, upah yang dia terimapun juga tergantung dari ada atau tidaknya pekerjaan yang harus dia lakukan.

Meski pendapatan mereka tak sebanyak kerja kantoran, namun tetap konsisten dalam pekerjaannya dan perinsip mencari rezeki yang halal mampu mengantarkan mereka untuk ibadah haji.

"Seadanya uang saya kumpulin, uang-uang koin Rp 500 sampai Rp 1000 setiap harinya dari hasil berjualan dan bekerja. Kalau ada ya kumpulin kalau ga ada ya sudah," kata Sripurwati, Kamis (8/6/2023).

Seperti pepatah, sedikit-sedikit menjadi bukit dengan sabar mereka menabung hingga akhirnya mendapatkan kabar keberangkatan pada tahun 2020.

"Sampai terkumpul Rp17 jutaan kami mendaftar dua orang. Sampai pada tahun 2020 mendapatkan pengumuman berangkat tetapi tidak bisa karena saat itu Covid-19," katanya.

Halaman
12
Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved