Hari Raya Waisak

Ini Rute Jalan Kaki 32 Bhikkhu Thudong di Semarang, Lewati Kelenteng Tay Kak Sie hingga Pasar Johar

bhikkhu hutan yang  melakukan jalan kaki dari Thailand menuju ke Borobudur Magelang diprediksi masuk ke kota Semarang pada 27 Mei.

Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Muhammad Olies
Istimewa
32 biksu viral lantaran berjalan kaki dari Nakhon Si Thammarat, Thailand ke Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah 

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Sebanyak 32 bhikkhu thudong (bhikkhu hutan) yang  melakukan jalan kaki dari Thailand menuju ke Borobudur Magelang diprediksi masuk ke kota Semarang pada 27 Mei.

Para bhikkhu thudong saat ini masih di Cirebon, Jawa Barat. Rencananya, mereka akan kembali jalan kaki memasuki wilayah Jawa Tengah lewat Losari, Brebes. 

Mereka berjalan kaki dari arah barat ke timur sehingga masuk ke kota Semarang melewati Mangkang.

Ketua 2 DPD Walubi Jateng, Tanto Sugitoharsono mengatakan, rute jalan kaki bhikkhu thudong meliputi Krapyak, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Indraprasta, Piere Tendean ke Jalan Pemuda sampai Pasar Johar.

Berikutnya dari bundaran Bubukan ke arah Jalan Pattimura.

Para bhikkhu rencana di Semarang mendatangi tiga lokasi yaitu  di vihara Adi dharma jalan Widoharjo, Rejomulyo, Semarang Timur. 

Setelah itu ke Kelenteng Tay Kak Sie Gang Lombok, Kauman, Semarang Tengah. 

Dilanjutkan perjalanan ke vihara 2500 Buddha Jayanti di bukit wungkal Kassap, Pudak Payung, Banyumanik.

"Total awalnya ada  40 bhikkhu thudong sekarang menjadi 32 orang. Mereka Di kota semarang hanya semalam. Habis itu ke Ambarawa," paparnya, Kamis (18/5/2023).

Baca juga: Bhikkhu Thudong Jalan Kaki dari Thailand ke Magelang akan Mampir Semarang untuk Pemberkahan

Sekretaris Pengurus Wihara Sima 2500 Buddha Jayanti, Santiphala Wahyudi mengatakan, para bhikkhu thudong hanya menerima empat jenis barang yang didermakan (catur pacaya) baik dari masyarakat buddha, masyarakat umum maupun tokoh lintas agama.

keempat jenis tersebut yakni makanan,obat-obatan, jubah atau pakaian bhikkhu beserta perlengkapannya, serta dana pendirian vihara.

"Nantinya atas izin bhikkhu bukan milik bhikkhu saja melainkan masyarakat beragama di Kota Semarang," jelasnya.

Bantuan dari masyarakat tersebut nantinya dikelola oleh para panitia pusat dan bhante atau bhikkhu lainnya.

Bantuan tersebut digolongkan menjadi tiga pindapata terdiri dari makanan basah sekali konsumsi langsung dihindangkan saat acara.

Dana pendirian vihara di Cirebon akan dikelola okeh para bante di panitia pusat.  

Kemudian makananan kering seperti roti mie instan akan dikelola sebagai baksos ke warga sekitar atau tempat sasaran lainnya.

"Jadi nilainya bukan saja dirayakan masyarakat buddha tapi nilai bakti sosial," bebernya.

Pihaknya mengaku, merasa terharu dan bangga terhadap masyarakat Pudak Payung, Banyumanik yang turut mendukung sehingga persiapan penyambutan bhikkhu thudong tuan rumahnya bukan pemeluk  agama buddha saja melainkan warga sekitar baik dari jemaah masjid dan gereja.

"Penyambutan bhikkhu thudong tidak hanya kerepotan umat budha saja melainkan umat agama lain," katanya.

Rama Pedande Agung Eko Hartanto mengatakan, para bhikkhu thudong mampir ke Vihara 2500 Buddha jayanti untuk berziarah.

Sebab, vihara tersebut memiliki nilai sejarah tinggi. 

Di antaranya menjadi tempat upacara penetapan Sima atau tanda vihara sebagai tempat upasampada (penahbisan) bhikkhu baru. 

Bhikkhu baru itu bernama Jinaputta yang pada tanggal 15 Januari 1965 berkesempatan menjadi satu-satunya bhikkhu yang pernah berjumpa Presiden Sukarno.

Upacara upasampada bhikkhu baru putra Indonesia sendiri untuk pertama kali di tanah air sesudah rubuhnya Majapahit.

"Jadi itu menjadi situs bersejarah. Diharapkan kita selalu ingat terhadap situs tersebut," katanya. (Iwn) 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved