Berita Jateng

Tradisi Sedekah Kupat di Wilayah Ujung Barat Cilacap, Warga Berbagi Keberkahan bagi Pengguna Jalan

Sedekah kupat merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang masyarakat di ujung barat Cilacap yang hingga kini masih rutin digelar.

Penulis: Pingky Setiyo Anggraeni | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM/PINGKY SETIYO ANGGRAENI
Warga Desa Tambaksari, Kecamatan Wanareja makan kupat bersama setelah diadakan tradisi sedekah kupat. Rabu (21/9/2022) pagi. Acara ini dilakukan di jalan perbatasan tiap-tiap desa. 

Hari pertama dimulai dengan melaksanakan bersih-bersih di sekitar perkampungan sampai jalan di perbatasan desa secara gotong royong.

Kemudian hari kedua, yakni persiapan untuk sedekah kupat seperti mengambil janur untuk kemudian dianyam menjadi kupat dan menyiapkan lauk pauk untuk keesokan harinya.

"Dan hari ini Rabu, yaitu untuk pelaksanaannya," kata Ceceng.

Berbicara mengenai tujuan dari gelaran sedekah kupat, Ceceng menjelaskan, tradisi tersebut tak lain untuk memperingati peristiwa atau legenda 500 tahun silam saat Prabu Siliwangi melewati wilayah Dayeuhluhur ketika akan berperang.

Konon zaman dahulu, masyarakat di Dayehluhur memberikan sambutan di setiap batas desa dengan membagikan bekal berupa ketupat kepada pasukan Siliwangi.

Gelaran sedekah kupat ini juga bertujuan untuk menolak bala dalam artian menolak segala bahaya dan penyakit yang akan datang.

"Kemudian manfaat secara lahiriah itu juga kan untuk manfaat kebersihan. Karena di hari pertama, masyarakat membersihkan perkampungan dan jalanan di batas-batas desa, menurut legendanya seperti itu," tuturnya.

Adapun tradisi sedekah kupat ini digelar di setiap hari Rabu wekasan atau hari Rabu terakhir di setiap akhir bulan Safar.

Sementara itu, untuk kegiatannya biasanya dilaksanakan di pagi hari mulai pukul 06.00 WIB.

Baca juga: Potongan Bagian Tubuh Iwan Budi yang Belum Ditemukan Terus Dicari Tim Opsnal Polrestabes Semarang

Untuk antusiasme masyarakat sunda Cilacap dalam gelaran sedekah kupat tahun ini, menurut Ceceng sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Dikatakan Ceceng, khususnya masyarakat Dayeuhluhur selalu bersemangat dalam menggelar acara tersebut.

Walaupun dua tahun belakangan ini sempat terjadi wabah Covid-19, namun tradisi tersebut tetap dilaksanakan di wilayah Dayeuhluhur.

"Walaupun ada Covid-19, kita dua tahun kemarin tetap melaksanakn, tradisi sedekah kupat tetap berlangsung. Justru sedekah itu untuk tolak bala, tetap berjalan hanya saja lebih dengan menerapkan protokol kesehatan," ungkapnya. (*)

 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved