Berita Jateng

Saparan, Warga Senden Kab Semarang Arak-Arakan Bawa Bendera Merah Putih Sepanjang 1.000 Meter

Ratusan warga Dusun Senden, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah melaksanakan Saparan.

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM/REZA GUSTAV
Warga setempat membawa Bendera Merah Putih sepanjang 1000 meter keliling Dusun Senden, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (19/9/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, KABUPATEN SEMARANG - Ratusan warga Dusun Senden, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah melaksanakan Saparan atau tradisi tahunan kirab budaya, Senin (19/9/2022).

Yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, warga setempat menyiapkan satu Bendera Merah Putih sebesar 1000x1 meter untuk diarak keliling desa.

Bendera sepanjang satu kilometer tersebut dibentangkan dengan dipegangi oleh sebanyak 400 orang warga setempat.

“Jadi jarak arak-arakan nya itu sejauh dua kilometer.
Selain bendera, dibawa juga gunungan hasil panen warga sekitar, diikuti oleh rombongan drum band dan kesenian daerah.
Kegiatan ini adalah bentuk rasa syukur kami dan berharap diberikan keselamatan dan kesejahteraan,” kata Kepala Dusun Senden, Muhammad Arif kepada TribunMuria.com.

Baca juga: Tinjau Proyek Jembatan di Wonosoco, Bupati Hartopo: Pembangunan Jangan Hambat Irigasi Petani

Baca juga: Buntut Ricuh Suporter Sepakbola di Kudus, Bupati Minta Polisi Turun Tangan Cari Pelaku Perusakan

Menurutnya, makna dari pengibaran Sang Saka Merah Putih itu sendiri merupakan wujud gebrakan baru dan merupakan simbol kebersamaan dari masyarakat dusun Senden.

“Inilah gebrakan baru dari kami.
Maknanya, yang pasti untuk menyatukan, mempererat seluruh golongan masyarakat, digambarkan dari pemegang bendera tadi dari busananya, sampai cara memegangnya pun berbeda-beda.
Tapi semua peserta ikut merasakan beban membawa bendera, ikut merasakan panasnya terik matahari serta merasakan lelahnya berjalan,” imbuhnya.

Arif menegaskan, kegiatan ini diperlukan mengingat saparan ini merupakan warisan budaya dari leluhur yang harus dijaga. 

Sehingga ke depannya, menurut Arif, acara saparan akan terus berlanjut dan rutin dilaksanakan dengan gebrakan-gebrakan lain.

Sebagai informasi, saparan berasal dari kata Sapar (bulan Jawa), sehingga dapat diartikan sebagai ritual atau tradisi tahunan yang dilaksanakan pada setiap bulan Sapar. 

Saparan merupakan tradisi budaya Jawa yang dilakukan sebagai wujud rasa syukur dengan tujuan agar diberikan keselamatan hidup.

Lebih lanjut, selepas kirab, acara saparan dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit.

Baca juga: Tinjau Proyek Jembatan di Wonosoco, Bupati Hartopo: Pembangunan Jangan Hambat Irigasi Petani

Para warga juga saling berkunjung ke rumah tetangga disertai makan bersama.

Seorang warga setempat, Siti (25), mengungkapkan bahwa dirinya senang dan bangga karena adanya gebrakan baru dalam perayaan saparan di dusunnya.

“Baru pertama kali kami melakukan kirab dan membentangkan bendera sepanjang 1000 meter ini.
Sebelum-sebelumnya biasanya hanya pagelaran budaya.

Kalau sekarang lebih meriah lagi jadi rasanya bangga, apalagi tadi waktu saya turut serta, kebersamaannya sangat terasa,” ujarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved