Berita Jateng
Waspada Demam Berdarah, Suhu Tubuh Naik-turun, Banyak Serang Anak-anak
Angling mengaku anak bungsunya belum dinyatakan positif Demam Berdarah (DB), namun si bungsu bersuhu tubuh tinggi sejak Senin (12/9/2022).
Penulis: Amanda Rizqyana | Editor: Moch Anhar
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Angling mengaku anak bungsunya belum dinyatakan positif Demam Berdarah (DB), namun si bungsu bersuhu tubuh tinggi sejak Senin (12/9/2022).
Tinggi suhu tubuh si bungsu yang berusia 4 tahun di kisaran 39-40 derajat Celcius hingga Selasa (13/9/2022), mulai turun pada Rabu (14/9/2022) namun masih di kisaran 38 derajat Celsius.
"Sedangkan untuk demam sudah sejak Jumat (9/9/2022), tapi disarankan untuk cek laboratorium pada hari Selasa di klinik," ujarnya saat dihubungi TribunMuria.com, Kamis (15/9/2022).
Hasil pemeriksaan laboratorium di klinik diketahui jumlah keping sel darah merah atau trombosit si bungsu berkurang.
Baca juga: Petani Jepara Kesulitan Pupuk, HKTI Minta Pemerintah Cari Solusi
Baca juga: 10 Warga Blora Meninggal Sakit Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan hasil laboratorium tersebut, terdapat kemungkinan si bungsu terkena DB.
Ia pun segera melarikan buah hatinya ke Rumah Sakit Bhayangkara Prof. Awaloedin Djamin Semarang pada hari Selasa.
"Kata dokter di klinik disarankan untuk diopname dan cek rontgen karena terdapat batuk-pilek dan sesak nafas," ungkap Angling.
Ia pun menjelaskan berdasarkan informasi dari dokter, gejala DB saat ini tak lagi bintik merah pada kulit.
Maka dari itu sebagai orang tua dirinya harus antisipasi karena fase pelana kuda pada DB seringkali tidak disadari orang tua.
"Setelah demam tinggi, kemudian suhu turun, ternyata saat itu masa kritis, kemudian demam langsung tinggi kembali. Itu yang tidak disadari orang tua," terang Angling.
Ia pun mempertimbangkan, dengan keadaan sang buah hati yang sudah demam tinggi ditambah terlihat lemas, harus segera ditangani petugas terkait.
Si bungsu tak hanya mendapat penanganan gejala DB, melainkan juga mendapatkan penanganan untuk batuk dan pilek berupa penguapan atau nebulizer.
Angling pun menunggu informasi dari dokter maupun pihak rumah sakit terkait sakit yang diderita si bungsu.
Ia mengaku sudah meminimalis pertumbuhan jentik nyamuk di rumah dengan tidak menggunakan bak mandi, melainkan ember agar tidak terdapat air menggenang.
Namun ia merasa pertumbuhan nyamuk tak hanya dari air yang menggenang, namun pakaian yang digantung di belakang pintu, tumpukan barang di gudang, bahkan sisa air pada penampung dispenser bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
"Apalagi sekarang kalau pagi sampai siang panas, sedangkan malam hujan, membuat nyamuk cepat berkembang biak," kata Angling.
Sementara itu, dokter Prihatin Iman Nugroho SpParu MKes, Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tugurejo Kota Semarang menyatakan pasien DB bisa mendapatkan pelayanan melalui jalur Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Adapun untuk prasyarat untuk bisa mendapatkan pelayanan BPJS Kesehatan yakni menunjukkan kartu BPJS Kesehatan yang masih berlaku di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS.
Baca juga: Pemkab Jepara Harap CFD di Jalan Kartini dan Mangunsarkoro Bisa Bersinergi Angkat UMKM
Baca juga: Pembangunan Bendungan Jlantah di Karanganyar Dipercepat, Selesai Oktober 2023
"Sedangkan untuk poli rawat jalan disertai rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat 1 atau rumah sakit kelas C," tambahnya.
Dokter Iman menyatakan durasi atau lamanya pasien mendapatkan perawatan di rumah sakit bergantung perbaikan klinis pasien sehingga bisa dinyatakan bisa rawat jalan.
Terkait pasien terbanyak di RSUD Tugurejo yang dirawat karena DB, ia mengatakan didominasi oleh anak-anak usia 0-12 tahun. (*)