Berita Jateng
Harga Beras di Kabupaten Semarang Naik, Produksi Padi Menurun Akibat Terserang Hama
Produksi beras di tingkat petani di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah diketahui tengah menurun jumlahnya sehingga menyebabkan berkurangnya stok.
Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM, KABUPATEN SEMARANG - Produksi beras di tingkat petani di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah diketahui tengah menurun jumlahnya sehingga menyebabkan berkurangnya stok dan kenaikan harga di pasar.
Dari penuturan seorang petani di Desa Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Suwetiyono, padi-padi di sawah garapannya mengalami sejumlah dampak seperti serangan hama, tanah yang masam dan penyakit lain.
“Jadi padi-padinya itu menguning dan jadi kerdil.
Hama tikus juga banyak dan virus lain,” katanya kepada Tribunjateng.com, Kamis (15/9/2022).
Selain itu, ia juga mengeluhkan tanah yang sedikit tergenang akibat aliran air di sekitar danau Rawa Pening yang tidak lancar.
“Jadi tanahnya masam, kemungkinan butuhnya pakai gamping untuk menstabilkan pertumbuhan pertanian,” sambungnya.
Baca juga: Dengar Keluhan Nelayan Kendal Sulit Dapat Solar, Ganjar Kontak Pertamina Minta Alokasi BBM Ditambah
Suwestiyono sendiri mengatakan bahwa dari lahan sawah seluas 1,5 hektare miliknya tersebut, ia biasanya bisa memanen sampai 11 sampai 12 ton gabah basah.
Namun, untuk masa panen beberapa waktu depan, ia memperkirakan hanya bisa memanen sampai 6 hingga 7 ton gabah.
Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Wigati Sunu juga membenarkan adanya penurunan produktivitas padi di wilayahnya.
“Memang sebagian besar kemarin ada yang mengalami penurunan.
Penyebabnya karena serangan hama seperti wereng (serangga), tikus dan sebagainya sehingga mengurangi produktivitas,” ujarnya.
Ia menyebutkan, sawah-sawah yang mengalami penurunan produktivitas akibat terserang hama yaitu di Banyubiru, Pabelan, Bancak dan Ambarawa.
“Penurunannya bervariasi, ada yang sampai 30 persen sampai 40 persen tiap panen.
Jadi biasanya satu hektare rata-rata bisa dapat enam sampai tujuh ton (gabah basah), sekarang hanya lima ton tiap panen,” imbuhnya.
Baca juga: Uri-uri Budaya Jawa, Kelompok Karawitan Bocah Tampilkan Kreasi Lagu dan Tari di Gedung RRI Semarang
Sunu sendiri meyakini bahwa kenaikan harga beras bukan karena kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu lantaran dirinya mengetahui adanya penurunan jumlah produksi padi.
Sementara itu, dari penelusuran Tribunjateng.com di Pasar Bandarjo Ungaran, seorang pedagang sembako bernama Muti’ah (67), mengungkapkan harga beras dagangannya naik sebanyak Rp 500 menjadi Rp 12 ribu per kilogramnya.
“Sebelum naik ya sempat Rp 11 ribu, Rp 11.500, naiknya Rp 500 sudah beberapa hari terakhir ini,” ujarnya. (*)