Berita Jateng
Dua Armada BRT Semarang Terbakar dalam 4 Hari, Djoko Setijowarno: Biaya Besar Pengawasan Kurang
Dua armada BRT Semarang terbakar saat membawa penumpang dalam 4 hari terakhir. Djoko Setijowarno menilai BRT Semarang berbiaya besar pengawasan kurang
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Yayan Isro Roziki
"Itu menunjukkan sistem pengawasan BRT Semarang sangat buruk sekali, tinggal nunggu waktu aja bus lainnya juga akan bernasib sama," bebernya.
Pihaknya menyebut, usia bus BRT maksimal tujuh tahun sekali harus diganti.
Lebih baik lagi jika dalam lima tahun ada pergantian armada baru.
"Saya tidak tahu itu usia bus yang kebakar berapa tahun. Yang jelas BRT Semarang beroperasi sejak tahun 2009," terangnya.
Ia menuturkan, manajemen bus BRT Semarang perlu belajar ke pengelola bus serupa di Solo atau Banyumas.
Kendati mereka juga memiliki kekurangan tetapi secara pengelolaan lebih baik daripada Semarang.
"Kalau di kota tersebut metode manajemen pengawasan jalan jadi bus bersih dan laik jalan," ungkapnya.
Ia menambahkan, sebenarnya Pemkot Semarang sudah melangkah maju dalam hal penyediaan transportasi umum dengan APBD-nya mampu membiayai.
Baginya, tidak banyak kota mau melakukan hal tersebut.
Cuma sangat disayangkan jika anggaran subsidi yang diberikan kurang disertai pengawasan yang ketat.
Apalagi menghabiskan anggaran rakyat miliaran rupiah.
"BRT Semarang harus menjadi kendaraan kebanggan warga Semarang bukan kendaraan umum yang ditakuti warganya," imbuhnya.
Terpisah, kondektur bus BRT Semarang Fani mengatakan, mesin BRT terdengar berat saat melintas di tanjakan Gombel.
"Iya mesinnya seperti ngeden saat di tanjakan Gombel," katanya, Senin (29/8/2022).
Sesudah melintasi tanjakan Gombel asap hitam tiba-tiba muncul dari kanan kemudi bus BRT.