Berita Jateng
Dua Armada BRT Semarang Terbakar dalam 4 Hari, Djoko Setijowarno: Biaya Besar Pengawasan Kurang
Dua armada BRT Semarang terbakar saat membawa penumpang dalam 4 hari terakhir. Djoko Setijowarno menilai BRT Semarang berbiaya besar pengawasan kurang
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Kelayakan transportasi umum Bus Rapid Transit (BRT) Semarang patut dipertanyakan selepas terjadinya insiden dua BRT terbakar dalam empat hari terakhir.
Dua peristiwa BRT terbakar sama-sama terjadi di Jalan Setiabudi atau selepas melintasi tanjakan Gombel yang menjadi satu di antara tanjakan panjang di kota Lunpia.
Jarak kebakaran antara dua lokasi juga cukup berdekatan hanya berjarak sekira 500 meter.
Kejadian pertama di Jalan Setiabudi, Sumurboto, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Senin (29/8/2022) sekira pukul 15.30 WIB.
Lokasi di depan Halte Gombel depan Restoran Burgeking, atau setelah persimpangan Bukitsari.
Kejadian kedua Jalan Setia Budi, Srondol Kulon, Banyumanik, depan toko perlengkapan rumah atau di dekat Indomaret Setiabudi, Kamis (1/9/2022) sekira pukul 09.00.
Pengamat Transportasi Semarang, Djoko Setijowarno menilai, dua kejadian bus BRT terbakar secara beruntun dalam waktu berdekatan sudah seharusnya menjadi momen untuk melakukan evaluasi terhadap manajemen pengelola BRT Semarang.
"BRT Semarang biaya besar pengawasan kurang, maka manajemen BRT harus diaudit secara menyeluruh," tegasnya kepada Tribunjateng.com, Kamis (1/9/2022).
Ia sangat menyayangkan kejadian tersebut lantaran dapat menjadi pemicu turunnya kepercayaan publik terhadap moda transportasi umum di Kota Semarang.
Seharusnya BRT Semarang menjalankan Manajemen pengawasan secara ketat dan kontinyu untuk memastikan BRT dalam kondisi prima sebelum beroperasi.
Pengawasan idealnya dilakukan saat bus masuk pool baik ketika berangkat maupun pulang.
"Ini tampaknya tanpa pengawasan buktinya terjun bebas gitu saja, saya pun tak heran ada kejadian tersebut," ungkapnya.
Ia menilai bus BRT terbakar dapat dihindari semisal pengawasan berjalan dengan baik.
Apalagi ada kejadian pertama yang seharusnya menjadi pukulan telak yang harus disikapi pihak manajemen dengan melakukan evaluasi.
Bukan malah sebaliknya dibiarkan sehingga terjadi kebakaran bus kedua dengan jarak berdekatan.