Berita Blora
Momen Jamasan Pusaka Jipang, Bukan Semata Wujud Pelestarian Budaya Blora
Tradisi bulan Sura dalam budaya jawa selalu menjadi berkah tersendiri bagi orang jawa pada umumnya.
Penulis: Ahmad Mustakim | Editor: Moch Anhar
"Ada banyak contoh, seperti tari Soreng, jelas pasukan Soreng adalah pasukan Jipang, tapi diadopsi oleh Pemkab Magelang, tari Soreng sempat menjadi juara nasional tari nusantara, bahkan akhirnya diundang oleh Presiden Jokowi di Istana Negara," jelasnya.
Lanjutnya, meskipun Blora juga punya ikon Samin, tetapi adat Samin ini juga dimiliki oleh Pati dan Bojonegoro.
"Jadi ini sangat eman-eman kalau Jipang akhirnya diklaim oleh Kabupaten lain," ujarnya.
"Data sejarahnya ada, data faktualnya ada, bukti materialnya juga ada, ada Bengawan sore dan tinggalan-tinggalan lain yang ini dikembangkan akan menjadi daya tarik wisata kebudayaan luar biasa," imbuhnya.
Agung G Wisnu (Direktur Lembaga Sertifikasi Profesi SNKI), sebagai pembicara juga mendukung Dr Sukarjo Waluyo, bahwa sekarang penting dalam pelestarian juga mendaftarkan HAKI.
Baca juga: Ada Materi Pelajaran Salah, Disdikpora Kudus Tunggu Instruksi Kemendikbud soal Penarikan Buku PPKn
Baca juga: Kejari Kudus Tagih Penyidik Rekaman CCTV Kasus Pengeroyokan Anak
Baca juga: Dian dan Arbia Terpilih Jadi Duta Genre Kendal, Punya Misi untuk Atasi Seks Pra Nikah hingga Narkoba
"Jangan sampai seperti orang Bali, karena ada patung dewa kuno didaftarkan HAKI-nya oleh orang luar negeri,
Kemudian seluruh karya patung tersebut harus membayar royalti ke pemilik HAKI, bahkan pembuat patung banyak yang dituntut dan harus membayar sejumlah uang banyak kepada pemilik HAKI.
"Maka dari itu perlu Pak Camat dan pegiat budaya, seperti Mas Habibi Kuntul Ngantuk untuk ikut, bukan hanya melestarikan peninggalan Jipang ini," terangnya.
Tetapi juga berupaya agar peninggalan Jipang ini benar-benar menjadi hak milik kabupaten Blora pada khususnya.
"Agar tidak terjadi lagi seperti yang ada di temen-temen pembuat patung di bali," pungkasnya. (*)