Berita Blora

Tradisi Menjamas Puluhan Pusaka di Bulan Suro, Mulyono Raup Ratusan Ribu Per Hari

Tradisi penjamasan pusaka pun tidak ketinggalan, lantaran sudah menjadi budaya khususnya bagi orang jawa. 

Penulis: Ahmad Mustakim | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM/ EKA YULIANTI FAJLIN
Mbah Mulyono, ahli jamas asal Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora yang selalu membuka jasa setiap bulan suro di eks stasiun lama kereta api Kota Blora, tepatnya di emperan yang berada pinggir jalan raya. 

Perendaman tergantung dengan banyak tidaknya karat yang ada pada pusaka tersebut. 

"Kemudian dipindah diwarangan. Direndam dengan air jeruk nipis. Jika karatnya sudah ilang digosok dengan warangan," lanjutnya. 

Mulyono pun berpesan pada orang yang memiliki pusaka untuk merawatnya. 

"36 hari ketika penjamasan, harus tetap diperhatikan. Setelah itu dikasih minyak cendana. Agar tidak berkarat. Pesan dari tukang warangan," pesannya. 

Sebelum menjamas pusaka, ia selalu membaca mantra dan doa.

Sebab pernah ia mengalami hal aneh saat menjamas pusaka keris yang menurutnya memiliki pamor tinggi. 

“Tangan saya tersa panas dan gemetar, itu yang saya rasakan,” imbuhnya.

Ia pun memiliki keahlian untuk mendirikan sebuah pusaka, sehingga jasa jamasanya rame setiap hari, dan sempat menjadi tontonan warga, jika ia melakukan aksi itu

Sementara itu, Huda, pemuda asal Jiken ini mengaku setiap tahun pasti menjamas pusaka yang dimilikinya tersebut. 

"Njamas bagong semar, kecil yang ada kuncungnya," ujarnya. 

Baca juga: BREAKING NEWS: Truk Tangki Pertamina Kecelakaan Tabrak Rumah di Tanah Putih Semarang, 1 Orang Tewas

Baca juga: Aris Wibawa, Atlet Renang Jepara Penyumbang Medali Emas Pertama Indonesia di Asean Para Games 2022

Terkait kepercayaan terhadap pusaka, menurutnya, pusaka adalah simbol kebudayaan bangsa. 

Konsepnya kembali ke pemilik, tidak bisa dijelaskan. 

"Sejarah tolak ukur bangsa. Mencintai keris mencintai pusaka juga mencintai bangsa indonesia," terangnya. 

"Saya melakukan ini dalam rangka melestarikan budaya ini sendiri," ujarnya. 

Ia berharap yang punya pusaka dirawat dengan baik, karena itu merupakan bagian sejarah. 

"Karena itu tidak bisa dibuat kembali, kalau baru tidak lagi sejarah lagi," pungkasnya. (*) 

Sumber: TribunMuria.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved