Berita Kudus

Petilasan Mbah Modo Lereng Gunung Muria, Kudus, Dipercaya Jadi Tempat Gajah Mada Mengasingkan Diri

Di Dukuh Semliro, Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus dipercaya warga sekitar sebagai tempat Mahapatih Gajah Mada mengasingkan diri.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM/RIFQI GOZALI
Halaman depan petilasan Mbah Modo, di Dukuh Semliro, Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. 

TRIBUNMURIA.COM, KUDUS – Di Dukuh Semliro, Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus dipercaya warga sekitar sebagai tempat Mahapatih Gajah Mada mengasingkan diri.

Tempat itu kini telah dimonumentalkan dalam sebuah bangunan yang dipercaya sebagai petilasan tokoh era Kerajaan Majapahit. 

Bangunan yang dipercaya sebagai petilasan Gajah Mada itu memiliki corak warna kuning.

Petilasan itu tepat berada di dalam bangunan tersebut.

Hanya ada tembok yang memisahkan antara petilasan dengan ruang depan yang terbuka. 

Di depan bangunan itu terdapat gapura yang terbuat dari bata merah.

Kemudian di halaman bangunan terdapat patung Gajah Mada berdiri lengkap dengan prasasti bertuliskan sumpah palapa di bawahnya.

Baca juga: Muhammadiyah Pati Gelar Salat Iduladha di 15 Lokasi Besok Sabtu

Baca juga: Anak Kiai Jombang Kini Menghuni Rutan Medaeng Surabaya, Begini Kondisinya

Baca juga: Modus Pria Bermobil di Jepara Curi Kotal Amal Masjid: Mandi & Salat Dhuha Dulu sebelum Beraksi

Bupati Kudus HM Hartopo berkesempatan meresmikan petilasan tersebut pada Jumat (8/7/2022). 

Sedianya petilasan di Desa Rahtawu jumlahnya ada banyak. Petilasan yang dipercaya sebagai tempat Gajah Mada mengasingkan diri ini merupakan satu di antara 60-an petilasan yang lainnya yang ada di desa tersebut. 

Lelaki paruh baya yang diangkat sebagai tetua adat di desa itu, Saidi, mengatakan warga sekitar percaya Gajah Mada mengasingkan diri setelah tidak menjadi Mahapatih di Kerajaan Majapahit.

Di Dukuh Semlirolah tempat mengasingkannya.

Warga menyebutnya sebagai Mbah Modo.

Penyebutan ini, katanya, karena lebih mudah diucapkan oleh lisan dibanding menyebutnya Gajah Mada. 

“Pengaruhnya, tempat ini tempat yang disakralkan oleh warga Semliro. (Warga Semliro) kalau punya hajat pasti mohon izin atau mohon doa dari Tuhan yang mahaesa melalui yang ada di sini (petilasan). Kemudian ada juga pendatang dari daerah lain dari Solo, Semarang, Yogya melakukan ritual,” kata dia. 

Sementara Kepala Desa Rahtawu, Didik Aryadi, mengatakan jika warganya masih memegang erat tradisi turun temurun.

Halaman
12
Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved