Berita Semarang
Berharap Pandemi Usai, Pedagang Barang Antik Kota Lama Yakin Kunjungan Wisatawan Bisa Ramai Lagi
Pedagang barang-barang antik Pasar Klitikan Kota Lama Semarang berharap kunjungan di tempat tersebut bisa kembali normal.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Pedagang barang-barang antik Pasar Klitikan Kota Lama Semarang berharap kunjungan di tempat tersebut bisa kembali normal.
Hal itu seiring dengan adanya pelonggaran aktivitas di masa transisi pandemi Covid-19 ke endemi ini.
"Harapan kami, dua sampai tiga bulan lagi mulai banyak orang luar kota yang datang ke sini dan berbelanja lagi," kata Rofiq, tim pengelola Pasar Antik Kota Lama sekaligus pedagang di pasar tersebut, kemarin.
Rofiq melanjutkan, meski saat ini telah mulai banyak kunjungan di Kota Lama, namun menurutnya kondisi belum 100 persen pulih.
Baca juga: Bupati Blora Tinjau Kedungjenar yang Longsor Tergerus Erosi Sungai Lusi: Tunggu Kedatangan TKPSDA
Baca juga: Pemulung di Mijen Demak Temukan Bayi saat Cari Rongsokan: Ada Kardus di Bawah Pohon, Saya Tarik
Baca juga: Bawaslu Blora Gelar Rakor Penanganan Pelanggaran, Siapkan Pengawasan Pemilu dan Pilkada 2024
Terutama untuk wisatawan dari luar kota. Menurutnya, para wisatawan itulah yang menjadi pasar terbesar pasar antik tersebut.
"Biasanya orang luar kota itu ke sini (Kota Lama) nongkrong di cafe, kemudian terhubung ke sini. (Otomatis) sini juga ikut ramai karena pasar kita hampir sama.
Kalau orang luar kota ke sini kebanyakan membeli kenangan melalui barang antik itu," ungkapnya.
Di sisi lain, Rofiq melanjutkan, selama pandemi Covid-19 sendiri para pedagang barang antik cukup merasakan dampak.
Dikatakan, dampak tersebut yakni sepinya pengunjung yang memengaruhi potensi pendapatan dari penjualan secara offline atau luring.
Di samping itu ia mengatakan, dampak juga dirasakan dari ditutupnya pasar tersebut selama beberapa bulan.
Cukup beruntung, kata dia, penjualan barang antik oleh para pedagang tersebut terbantu dari penjualan secara daring (online).
Selain itu, sebagian pedagang memiliki pekerjaan sampingan sehingga tak terlalu merasakan kesulitan saat pandemi menerpa.
”Saat pandemi, kami terus terang mengandalkan online karena rata-rata di sini mereka juga dagang online.
Pandemi kemarin kalau dikatakan terdampak, memang terdampak. Tapi kami masih bisa bertahan, setiap hari masih bisa makan.
Kemudian, ada beberapa pedagang yang punya usaha lain. Seperti saya, saya punya onderdil sepeda. awal tahun saat pandemi itu meningkat pesat dari biasanya, omzetnya lebih besar," ungkap Rofiq yang juga pelestari wayang suket tersebut.
Adapun Rofiq menjelaskan, selama pandemi sendiri, para pedagang di pasar tersebut 90 persen mengandalkan penjualan secara online.
"Saat pandemi kami banyak mengandalkan online, hanya 10 persennya yang offline.
Kemudian saat pasar antik ditutup juga, waktu itu sekitar setengah tahun, kami jualan janjian dengan pembeli. Kalau tertarik melihat langsung baru kami bukakan lapaknya, meskipun secara resmi ditutup," tambahnya.
Sementara itu, Rofiq menambahkan, hantaman pandemi Covid-19 yang telah terjadi ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan jika dibandingkan saat adanya revitalisasi Kota Lama.
Sebab menurut dia, saat itu penjualan secara daring bagi para pemilik lapak belum begitu masif.
Sehingga banyak di antaranya yang hanya mengandalkan penjualan secara offline atau datang langsung ke toko.
Sementara kondisi pengunjung toko saat itu sangat bergantung pada rampungnya revitalisasi Kota Lama.
"Kami sudah mengalami kondisi terburuk dibanding ini. Pandemi tidak terlalu besar dampaknya dibandingkan ketika revitalisasi kota lama," sebut dia.
Baca juga: BREAKING NEWS: Polres Ende Sita Ribuan Kaus Gambar Jokowi Tiga Periode, Jelang Kedatangan Presiden
Baca juga: Rumah Pengusaha Gula Kelapa di Banyumas Hangus Terbakar, Api Diduga Berasal dari Tungku Masak
Baca juga: Polda Jateng Gerak Cepat, Amankan Panitia Konvoi Khilafatul Muslimin di Brebes
Adapun Rofiq menyebutkan, saat adanya revitalisasi kota lama, hampir 100 persen aktivitas jual-beli di Pasar Antik ini lumpuh.
Hal itu membuat para pedagang sulit mendapat pemasukan.
"Pas proyeknya kota lama itu 99 persen bahkan hampir 100 persen hancur, sehingga dengan kondisi sekarang ini kami masih bisa mensyukuri," tukasnya. (*)