Berita Blora
Bupati Blora Komitmen Stunting dan Pernikahan Dini Harus di Bawah Angka Rata-Rata Nasional
Bupati Blora Arief Rohman berkomitmen angka stunting dan pernikahan dini di Blora harus dibawah rata-rata nasional.
Penulis: Ahmad Mustakim | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM, BLORA – Bupati Blora Arief Rohman berkomitmen angka stunting dan pernikahan dini di Blora harus dibawah rata-rata nasional.
"Kita berkomitmen stunting dan pernikahan dini harus dibawah rata-rata nasional," ucap Bupati kepada tribunmuria.com, Minggu (29/5/2022).
Dikatakannya, pihaknya akan menggandeng semua stakholder terkait.
"Kemenag, MUI, pesantren, lembaga pendidikan, semua kita terus berupaya agar pernikahan dini semakin bisa tertangani," terangnya.
Baca juga: Komentar Pelatih terkait Performa Taisei Marukawa dan Carlos Fortes di Laga PSIS Vs PSM
Baca juga: Cerita Rafa, Siswa SMA Taruna Nusantara Asal Jepara Terpilih Jadi Paskibraka Nasional
Baca juga: Truk Terendam Rob di Lamicitra Tanjung Emas, Yogi Jakarta Terpaksa Ngekos di Semarang
"Sosialisasi Blora mengaji, kesenian, kebudayaan, di sana kita akan sosialisasikan," imbuhnya.
Dia menyebut penyebab angka pernikahan dini di Blora tinggi.
"Bisa karena faktor ekonomi, pergaulan bebas, dan lain-lain. Nanti kita akan antisipasi," ujarnya.
Pada Kunjungannya beberapa waktu lalu ke Blora, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Hasto Wardoyo mengungkapkan rata-rata usia pernikahan itu targetnya diangka 22 tahun.
"Tapi sekarang masih diangka 21, 5 sekian persen," ucapnya.
Hasto mengaku selama pandemi ada perlambatan untuk pendewasaan usia pernikahan.
"Secara nasional tidak merata seluruh wilayah. Tapi secara survey di jawa barat yang memang menunjukkan adanya peningkatan," terangnya.
"Kita kerja keras, bersama dengan kementrian agama, bahwa pernikahan dini ini 90 persenya dispensasinya karena hamil duluan. Maka upayanya lebih hulu lagi, mencegah jangan pergaulan bebas, sex bebas, jangan hamil di luar nikah," sambungnya.
Dijelaskannya, pendidikan kesehatan reproduksi merupakan kunci penting, pendidikan sex diberikan sejak dini.
"Ini bukan mengajari hubungan sex. Bagaimana memelihara organ sex. Jangan gunakan dulu sebelum usia 19 tahun," jelasnya.
"Pacaran ada surveinya. Tahun 2013 mungkin baru cipika cipiki. Masih dibawah 25 persen, 2018 mendekati 50 persen. Survei-survei seperti ini harus dilakukan untuk melihat mereka sejauh mana," lanjutnya.
Dikatakannya, pendidikan akhlak, karakter sejak dini menjadi penting, supaya mereka tidak jangan mendekati zina.
