Berita Jateng

Nelayan Kendal Gagal Melaut Dampak Gelombang Pasang

Tingginya gelombang air laut yang menyebabkan banjir rob di wilayah pesisir pantai membuat dilema para nelayan di Kabupaten Kendal.

Penulis: Saiful MaSum | Editor: Moch Anhar
TRIBUNJATENG.COM/SAIFUL MA'SUM
Kapal nelayan terdampar di sungai dampak meluapnya air laut di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Kota Kendal, Kabupaten Kendal, Selasa (24/5/2022). 

TRIBUNMURIA.COM, KENDAL - Tingginya gelombang air laut yang menyebabkan banjir rob di wilayah pesisir pantai membuat dilema para nelayan di Kabupaten Kendal.

Pasalnya, cuaca ekstrem ini memaksa nelayan mengurungkan niatnya untuk tidak melaut sementara waktu demi keselamatan dan keberlangsungan hidup.

Meskipun roda ekonomi keluarga mereka tersendat karena tidak ada pendapatan dalam beberapa hari.

Seperti yang dikatakan Darmanto, nelayan asal Kelurahan Karangsari, Kecamatan Kota Kendal, Kabupaten Kendal memilih tidak melaut selama sepekan terakhir.

Baca juga: Banjir Rob di Kota Pekalongan, Air Melimpas Deras, Warga Mencari Ikan Masuk ke Daratan

Baca juga: KEK Ekraf Gencar Promosikan Produk Unggulan Batang

Pria 45 tahun itu tidak berani ambil risiko dengan cuaca ekstrem yang terjadi saat ini.

Apalagi, kondisi rumahnya juga terendam banjir rob dengan ketinggian mencapai 50 sentimeter.

"Cuacanya lagi gak menentu, ikannya juga lagi sulit. Kalau dipaksakan, justru hanya dapat ombak besar dan angin kencang," terangnya, Selasa (24/5/2022).

Darmadi sempat nekat melaut pada, Senin (23/5/2022) kemarin untuk mecari penghasilan.

Perjuangannya mengarungi gelombang tinggi hanya membuahkan sedikit ikan senilai Rp 20.000.

Dia pun memutuskan untuk tidak melaut lagi pada hari ini, dan memilih bersiaga di rumah jika banjir datang seketika hingga menggenangi rumahnya.

"Hari ini di rumah saja, dipaksakan melaut pun percuma, ongkos dengan penghasilan enggak cocok," kata dia.

Nelayan lain, Santoso mengungkapkan, nelayan saat ini dalam kondisi sulit. Diperparah dengan bencana banjir rob yang menggenangi permukiman nelayan. 

Santoso menyatakan, pendapatan nelayan menurun drastis, bahkan produktifitas sebagian besar nelayan terhenti, sementara kebutuhan keluarga tetap ada setiap harinya.

"Saya sudah 5 hari gak melaut, enggak ada penghasilan. Padahal, biasanya saya setiap hari melaut cari ikan," jelas dia.

Baca juga: Rob Parah di Semarang, Ada Tiga Titik Tanggul di Pesisir yang Jebol

Baca juga: Lebih dari 8.000 Jiwa Terdampak Banjir Rob di Semarang

Keputusan Santoso untuk tidak mencari ikan sementara waktu diambil untuk menghindari hal-hal buruk yang bisa saja terjadi. Mulai dari tantangan arus kencang, ombak tinggi, angin kencang, dan beberapa faktor lainnya.

Jika dipaksakan, Santoso khawatir bisa membahayakan keselamatan nelayan ketika berada di tengah laut. (*)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved