Berita Pati
Dulu Terkenal dengan Karaoke Morsalino, Kini Hotel Gitrary Pati Ganti Berkonsep Halal Style
Citra “hiburan malam” yang selama ini melekat pada Hotel Gitrary Perdana Pati telah hilang.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Moch Anhar
ilakukan oleh pihak hotel.
Setelah rebranding, hotel yang berada di Jalan Syeh Jangkung nomor 139 ini berubah menjadi Gitrary Inn by GHM.
Hotel ini kini dikelola oleh Grasia Hospitality Management yang mengusung konsep halal style.
Rebranding hotel ini diresmikan oleh Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah, Sinoeng Noegroho Rachmadi, dalam sebuah seremoni di aula hotel, Kamis (19/5/2022).
Menurut Sinoeng, rebranding tak ubahnya seperti hijrah sebagaimana dipahami dalam terminologi Islam.
“Dalam bahasa agamanya, rebranding ini saya katakan hijrah. Kembali pada kebaikan,” kata dia.
Sinoeng mengatakan, konsep halal style memiliki potensi segmentasi pasar baru yang prospektif, sehingga bisa membangkitkan dunia kepariwisataan di Pati.
“Bagaimanapun juga Pati ini potensi pariwisatanya saya katakan raksasa tidur, besar potensinya, tapi belum dikembangkan,” kata dia.
Rebranding hotel ini, menurut Sinoeng, merupakan momentum yang tepat. Terlebih dalam waktu dekat akan ada event sport tourism yang cukup besar di Pati, yakni Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) Jateng 2022 dan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jateng 2023.
“Tentu membutuhkan akomodasi untuk para atlet, pelatih, dan keluarga atlet,” ujar dia.
Meski mengusung konsep halal style, Sinoeng berharap Gitrary Inn bisa tetap inklusif. Memberikan keamanan-kenyamanan, dan suasana homey bagi masyarakat dari berbagai kalangan.
Senada, Kepala Dinporapar Pati Rekso Suhartono mendukung rebranding hotel yang mengusung konsep halal style.
Menurutnya, ini sejalan dengan upaya Pemkab Pati yang sedang membangun citra positif daerah.
“Imej Pati yang dulu jelek, ada yang menyebut ‘kota seribu karaoke’, mulai kami tata dan perbaiki,” ujar dia.
Satu di antara upaya yang dilakukan untuk menghapus citra “dunia malam” di Pati ialah penutupan kompleks lokasi Lorong Indah.
“Konsep halal style mudah-mudahan mengubah Pati jadi lebih baik. Tujuan semua itu ialah untuk memperbaiki citra Pati dan menarik para investor. Supaya investor nyaman dan berbondong-bondong membangun Pati. Sehingga tercipta multiplier effect. Tenaga kerja terserap, ekonomi naik, tingkat hunian hotel meningkat, dan pada akhirnya PAD (pendapatan asli daerah) ikut naik,” kata dia.
Rekso menuturkan, perbaikan kualitas perhotelan di Pati memang dibutuhkan. Terlebih karena Pati menjadi bagian dari tuan rumah event sport tourism Porprov Jateng 2023 Pati Raya.
Ia memperkirakan, setidaknya akan ada 60 orang dari luar daerah yang datang ke Pati saat perhelatan ajang tersebut.
“Hotel-hotel dan homestay-homestay akan penuh, perekonomian di sekitarnya juga tergerak,” ungkap dia.
Direktur Grasia Hospitality Management, Yantie Yulianti, mengatakan bahwa manajemen yang ia dirikan memang sejak awal mengusung konsep halal style.
“Kami sudah punya dua hotel, Undip Inn di Semarang juga usung konsep halal style dengan 50 kamar. Gitrary Inn Pati yang punya 37 kamar kami samakan. Itulah kenapa karaoke yang ada kami tutup. Karena kami ingin mengubah imej, seperti dikatakan Pak Sinoeng, rebranding adalah hijrah, hotel yang sudah terkenal dengan konotasi negatif, kami ubah 180 derajat, kami akan memiliki market berbeda,” papar dia.
Yantie mengatkaan, Gitrary Inn mulai dikelola GHM terhitung sejak 1 Mei 2022 lalu. Pada musim lebaran lalu, terbukti bahwa pangsa pasar baru sudah didapat. Tingkat hunian hotel mencapai 98 persen. Sebelum rebranding hanya 20-30 persen. Karena memang sebelumnya fasilitas karaoke yang lebih dikenal di hotel ini.
“Lebaran kemarin kami alhamdulillah sudah dapat market berbeda, keluarga, kemudian orang yang memang ingin ketenangan. Marketnya pelan-pelan memang akan berubah. Biasanya pada datang langsung ke belakang (tempat karaoke). Setelah kami kelola, harus lewat depan,” ujar dia.
Yantie mengatakan, konsep halal style berbeda dari konsep hotel syariah. Pihaknya memasang imbauan agar pasangan tidak sah tidak satu kamar. Kemudian, para karyawan wanita berhijab dengan model yang stylsh, fresh, dan energik.
“Tidak ada minuman keras, di kamar kami sediakan mukena dan sajadah. Tapi hotel ini bukan untuk orang Islam saja. Untuk nonmuslim juga ramah. Hanya saja kami hindari hal-hal yang bersifat nonhalal,” tandas dia.
Perwakilan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Pati, Subaskoro, juga mendukung penuh rebranding hotel ini.
“Hotel ini tadinya dikenal dengan Karaoke Morsalino. Hampir semua masyarakat Pati mungkin sudah tahu itu tempat apa. Pemilik hotel mencoba mengubah citra hotel ini menjadi lebih baik. Di Pati sosial ekonomi masyarakat sedang naik, pangsa pasar otomatis akan ditemukan sendiri. Sehingga Gitrary Inn bisa mengisi ruang pariwisata di Pati,” ujar dia. (mzk)