Berita Kendal

Curhatan Pedagang Pakaian di Pasar Relokasi Weleri Kendal Tak Betah, Ingin Balik ke Pasar Kobong

Mendekati momentum Ramadan tahun ini, gejolak perekonomian masih menyelimuti para pedagang di Pasar Relokasi Weleri, Kabupaten Kendal.

Penulis: Saiful MaSum | Editor: Moch Anhar
TRIBUN JATENG/SAIFUL MA'SUM
Sejumlah pedagang pakaian di Pasar Relokasi Weleri Kendal sedang mendasarkan dagangannya, Selasa (29/3/2022). 

"Enggak tahu, pusing saya. Jarang dapat uang, sepi terus. Biasanya di pasar lama bisa dapat Rp 2 juta per hari, di sini nol," katanya. 

Dia meminta pemerintah daerah menyiapkan skema tegas untuk keberlangsungan nasib pedagang eks Pasar Weleri ke depannya.

Jika pemerintah tidak bisa menarik semua pedagang masuk di pasar relokasi, katanya, pemerintah daerah harus mengizinkan pedagang kembali berdagang di sekitar eks bangunan Pasar Weleri yang terbakar (pasar kobong).

Minimal untuk berdagang selama Ramadan berlangsung atau sebelum Pasar Weleri baru dibangun kembali.

"Kami siap keluar (dari pasar relokasi,red) jika tidak ada solusi. Perjuangan kami sudah mentok, kalau pun harus pasrah sama saja bunuh diri (bangkrut)," kata dia.

Pedagang pakaian lain, Atik menilai, banyak faktor yang membuat pasar relokasi di Terminal Bahurekso itu sepi pembeli.

Meskipun pemerintah daerah sudah mengerahkan segala daya upaya untuk menjadikannya ramai, seperti gerakan ASN belanja.

Tapi, kebijakan tersebut dinilai semu, hanya sesat saja, dan tidak berdampak pada penghasilan pedagang yang berkelanjutan.

Minimnya akses transportasi, adanya pasar tandingan, hingga sedikitnya pedagang yang mau direlokasi menjadi faktor utama sepinya pasar.

Apalagi, lokasi pasar relokasi dinilai kurang strategis, jauh dari calon pembeli di wilayah Kecamatan Weleri

"Dari pertama buka sampai sekarang enggak pernah laku banyak, bisa diitung jari. Bayangkan, kami hanya duduk termenung tanpa mendapatkan penghasilan, sementara kami enggak bisa berbuat apa-apa," ceritanya.

Memasuki momentum Ramadan, Atik bersama pedagang pakaian lainnya siap keluar dan kembali ke pasar lama (pasar kobong).

Di tempat itu, menurut dia, kepastian pendapatan pedagang lebih menjanjikan, meskipun dengan lokasi ala kadarnya.

Ada yang jualan di emperan toko, juga menggelar dagangan pakaian di pikap. 

Baca juga: SNC 2022 Digelar Lebih Meriah, Jadi Awal Event Pariwisata di Semarang Setelah Lama Terdampak Pandemi

Baca juga: Video 2 Tahun Libur, Turnamen Bulutangkis Simpang 7 Master Kudus Ramai Peserta

Baca juga: Situs Siti Inggil Diklaim sebagai Peninggalan Ratu Kalinyamat, Lia: Butuh Kajian Historis

"Di pasar kobong pembelinya malah ada. Sudah saya buktikan 1 tahun berdagang di sana sebelum direlokasi. Waktu Ramadan ini kami ingin diizinkan dan difasilitasi. Kami banyak tanggungan ekonomi, kami butuh waktu panjang untuk mengembalikan dagangan kami yang terbakar. Bantu kami keluar dari zona ini," harapnya.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM tengah melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mencarikan solusi terbaik bagi pedagang pasar relokasi.

Sejumlah konsep akan ditawarkan guna mendongkrak perekonomian pedagang. (*)

 

Sumber: TribunMuria.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved