Berita Demak

Soroti Dampak Buruk-Baik Jalan Tol Semarang-Demak, DPRD Minta Pemerintah Punya Rencana Jelas

Ketua DPRD Kabupaten Demak, Fahrudin Bisri Slamet (FBS) menyoroti sejumlah dampak buruk maupun baik terkait pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak.

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: Moch Anhar
TribunMuria.com/Reza Gustav Pradana
Girder jembatan Tol Semarang-Demak yang melintang di atas Jalur Pantura Sayung, Kabupaten Demak, telah selesai dipasang pada Sabtu (12/3/2022) dini hari. 

TRIBUNMURIA.COM, DEMAK - Ketua DPRD Kabupaten Demak, Fahrudin Bisri Slamet (FBS) menyoroti sejumlah dampak buruk maupun baik terkait pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak terhadap masyarakat dan lingkungan di Kabupaten Demak.

Hal itu ia ungkapkan saat acara Talkshow Forum bertajuk “Demak Pro-Investasi Tingkatkan Infrastruktur Pendukung Ekspor & Pariwisata” yang diadakan Tribun Jateng di Museum Masjid Agung Demak, Kabupaten Demak, Senin (21/3/2022) lalu.

Dalam acara itu, narasumber yang dihadirkan selain FBS, yakni Sekda Demak, dr Singgih Setyono dan Direktur Teknik PT Pembangunan Perumahan Semarang Demak (PPSD), Deddy Susanto.

Baca juga: Pascacedera, Striker PSIS Semarang Berharap Bisa Tampil Melawan Persela Lamongan

Baca juga: Simak, Kejuaraan Bulutangkis Bergengsi Simpang 7 Master Tingkat SD Segera Digelar

Baca juga: Pencegahan Radikalisme di Kudus Akan Dituangkan dalam Perda

Acara talkshow tersebut dipandu dan dibawakan oleh Reporter Tribun Jateng, Ruth Novita Lusiani.

Menurut FBS, jalan tol yang juga sebagai tanggul laut dan membentang di sepanjang pesisir utara Jawa dari Kaligawe Semarang sampai Sayung Demak tersebut masih belum sepenuhnya menyelesaikan persoalan rob dan banjir di Kabupaten Demak.

“Pada intinya salah satu tujuan adanya tol ini, harapan kami semaksimal mungkin mengatasi rob dan banjir.

Namun menurut kami ini belum sepenuhnya karena rob yang terjadi tidak hanya di Kecamatan Sayung saja, tapi total ada empat kecamatan ini yang ada rob, yakni Karangtengah, Bonang dan Wedung,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah setempat bisa segera memikirkan solusi dan perencanaan yang jelas untuk persoalan rob.

Satu di antara hal yang ia contohkan yakni grand design, atau sebuah metode untuk penanganan rob di Kota Wali tersebut secara menyeluruh.

“Meskipun nanti pengerjaannya parsial, tapi kan tujuannya jelas sehingga bisa dikerjakan sesuai dengan studi kelayakannya,” imbuhnya.

FBS juga menyoroti bagian selatan sepanjang proyek jalan tol yang berada di Sayung yang berpotensi terdampak rob lebih besar.

Menurutnya, tanah di bagian selatan yang diuruk akan memiliki kontur yang lebih rendah, sehingga berpotensi mengundang rob atau air laut dari wilayah utara.

“Diuruknya jalan tol, pasti air akan lari ke tempat yang lebih rendah.

Daerah yang dulu penyangga pangan akan menjadi hilang, jika rob bisa ke selatan jalan pastinya akan rusak semua.

Yang sebelah utara masih ada desa-desa,

Kita harus antisipasi agar warga tidak tenggelam dalam rob, ini Pak Deddy, secara teknis bisa dibahas.

Artinya tol ini juga bisa mengatasi robnya.

Pemkab juga harus bisa sejak sekarang bisa meminimalisir dampak buruknya itu,” terangnya.

Baca juga: Rawan Jadi Episentrum Peredaran Narkotika, Blora Segera Bentuk BNNK, Jadi yang ke-10 di Jateng

Baca juga: Kostum Pratama Arhan akan Hadir di Semarang Night Carnival 2022

Baca juga: Semarak Lomba Mancing di Kusuma Bawal Seso Blora, Total Hadiah Jutaan Rupiah

FBS sendiri mengaku bahwa dirinya masih memperdulikan jalan nasional atau Jalur Pantura Semarang Demak.

Ia memerhatikan banjir rob yang kini semakin tinggi di sepanjang jalur tersebut, terutama yang paling dekat dengan laut atau bibir pantai.

“Akses jalan Daendels ini jalan bersejarah sehingga jalan ini harus tetep ada.

Harapan kami dengan adanya tol ini bisa mengurangi dampak rob.

Jika dampak rob tidak bisa dikurangi, ya pastinya jalan yang sangat bersejarah ini akan hilang dan kita hanya bisa membaca sejarahnya saja, tidak bisa melihat langsung jalan Daendels,” jelasnya lagi.

Dampak buruk lainnya dari pembangunan tol tersebut, ditambahkan FBS, yakni perekonomian di dalam kota.

Ia melihat bahwa pendapatan para pengusaha di warung-warung makan yang biasa dilewati kendaraan di jalan akan berkurang.

Meskipun demikian, FBS juga tetap melihat dampak baik proyek strategis nasional tersebut terhadap masyarakat.

Ia mengatakan bahwa jalan tol bisa juga menjadi sebuah berkah bagi warga.

“Kalau kami melihat, tentunya dampak baiknya mengurangi kemacetan terutama di Jalur Pantura daerah Sayung dan Karangtengah.

Lalu, karena ada exit tol yang dekat dengan Makam Terapung Syekh Mudzakir di Sayung, maka akses ke sana untuk warga berwisata religi akan lebih mudah,” ujarnya.

Menurutnya, Makam Syekh Mudzakir yang berada di atas air laut itu merupakan salah satu potensi wisata religi yang besar.

Dengan begitu, menurutnya hal itu akan diikuti peningkatan ekonomi dan kesejahteraan warga sekitar. 

Maka, ia meminta Pemkab Demak untuk bisa lebih mempersiapkan segala sesuatunya di sana dengan baik, satu di antaranya yakni terjait akomodasi.

Perlu diketahui, rencananya akan terdapat dua exit tol di Kabupaten Demak, yakni di Sayung dan Kadilangu.

“Kemudian exit tol yang di Kadilangu, dekat dengan Makam Sunan Kalijaga.

Diharapkan orang yang berziarah akan mudah aksesnya.

Harapannya juga tidak menimbulkan masalah, mungkin sedikit kami sentil biar Tol Demak-Tuban lebih baik daripada yang kemarin.

KJPP (Kantor Jasa Penilai Publik) yang selanjutnya diperbaiki tidak pakai yang lama, jadi jalan tol ini tidak ganti rugi tapi ganti untung,” ucapnya.

FBS membeberkan keinginannya bahwa Pemerintah Kabupaten Demak nanti dapat mengintegrasikan sejumlah destinasi wisata religi di wilayahnya menjadi satu paket wisata bagi pengunjung.

Tiga di antara destinasi wisata yang dimaksud yaitu Makam Terapung Syekh Mudzakir di Kecamatan Sayung, Masjid Agung Demak di kawasan Alun-alun Demak dan Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu.

“Untuk pemerintah saya harap bisa mempersiapkan bagaimana menata wisata religi ini.

Jadi segitiga emas ini adalah ikon Kabupaten Demak yang sarana dan prasananya harus diperbaiki dan bisa terkoneksi dengan baik.

Yang terpenting bahwa wisatawan bisa stay lebih lama di Demak, ini yang harus kita pikirkan.

Meskipun tidak terlalu berpengaruh besar pada PAD, tapi bagi masyarakat sangat besar,” katanya lagi.

Ia memilik saran, bahwa terdapat potensi lain menggunakan rob dan banyaknya pengunjung yang datang berkaitan dengan adanya exit tol di daerah Sayung.

Usul yang ia ajukan yakni wisata kuliner berupa rumah makan apung.

“Peluang lain, mungkin rumah makan apung. Seperti di Jawa Barat itu kan banyak rumah makan apung dan masyarakat bisa memanfaatkan itu.

Bagaimana ke tempat wisata ini, nelayan bisa menggunakan perahu-perahunya tersebut,” harapnya.

Sementara itu, dr Singgih Setyono, mengatakan bahwa dari sisi pemerintah, pihaknya mendukung pembangunan jalan tol beserta manfaatnya bagi masyarakat dan membuka peluang baru untuk warga.

Untuk menghadapai dampak lainnya seperti rob dan banjir, Singgih mengatakan bahwa pihanya telah berupaya menumbuhkan pohon mangrove di kawasan pesisir hingga saat ini jumlahnya sudah semakin banyak.

“Mulai dan beberapa waktu yang lalu kita sudah mulai untuk menanam mangrove.

Di daerah sekitar Makam Syekh Mudzakir sudah banyak, mangrove sudah menjadi tempat wisata yang luar biasa.

Di situ ada Istambul, bukan di Turki tapi (singkatan dari) Istana Tambak Bulusan, di situ ada wisata yang bagus yaitu mangrovenya, terdapat trek mangrovenya yang sekarang sudah terbentuk, di Kecamatan Wedung, Kecamatan Bonang dan Kecamatan Karangtengah.

Mudah-mudahan saja amdal yang sudah dibuat jalan tol tidak sampai separah hingga memindahkan air, Pemkab juga tidak bisa sendirian (mengatasi rob), pasti perlu dukungan dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat karena keterbatasan anggaran,” ujarnya.

Singgih mengatakan bahwa saat ini yang bisa dilakukan pemerintah yakni menormalisasi, memperbaiki saluran-saluran air, serta mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Menurutnya, satu di antara faktor banjir yakni sampah-sampah yang dibuang secara sembarangan.

Singgih menambahkan bahwa pihak pemerintah tengah berupaya memindahkan warga-warga yang terdampak rob di pesisir.

Meskipun demikian, masih terdapat sebagian warga yang menolak untuk dipindahkan atau direlokasi.

“Mereka inginnya masih ada di situ karena merasa tanahnya, meskipun tanahnya sudah tidak ada lagi, isinya hanya air, ini jadi tantangan kita bersama. Mungkin Pak Deddy bisa menaikkan, bendungnya tidak ganya di situ saja,” pintanya.

Terdapat dampak baik infrastruktur dengan sektor pariwisata, Singgih mengatakan bahwa pembangunan di Demak melalui sebuah perencanaan lima tahunan dan jangka menengah.

Ia mengatakan bahwa Kabupaten Demak memiliki empat saka guru (tiang utama) pembangunan, yakni pertama pariwisata, kedua pertanian, ketiga Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), serta usaha membangun infrastruktur.

“Untuk 2022, fokusnya memang bagaimana menuju visi demak yaitu “Lebih Bermatabat, Maju dan Sejahtera.

Di masa Covid-19, sektor pariwisata paling kena dampaknya.

Meskipun demikian, Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga ini kedua terbanyak pengunjungnya setelah Borobudur,” terangnya.

Singgih juga menambahkan bahwa pihaknya akan mempersiapkan sarana dan prasarana terkait akomodasi sejumlah destinasi wisata religi tersebut.

“Sehingga kalau nanti akses tol ini dibuka, akan ada multiple effect, misalnya peningkatan kesejahteraan yang signifikan, pengangguran berkurang.

Belum UMKM, karena wisatawan beli oleh-oleh.

Jika wisatawan tinggal lebih lama seperti Beliau (FBS) sampaikan, otomatis kita siapkan infrastruktur untuk hotelnya, penginapannya.

Kalau mereka butuh makan, kita siapkan kuliner yang melingkupi tempat-tempat yang dekat dengan itu sehingga orang tidak terlalu harus keluar lagi,” tegas Singgih.

Sedangkan, Direktur Teknik PT Pembangunan Perumahan Semarang Demak (PPSD) Deddy Susanto selaku dari pelaksana proyek Tol Semarang-Demak, mengatakan bahwa untuk seksi 2 (Sayung-Demak), akan dirampungkan pada akhir 2022.

“Sehingga harapannya pada awal tahun depan sudah bisa mulai beroperasi,” ujarnya.

Sementara itu, untuk seksi 1 (Kaligawe-Sayung), Deddy mengatakan bahwa akan diselesaikan pada akhir 2024.

“Akan dioperasikan pada awal 2025.

Memang tantangan untuk seksi 1 lebih besar, karena konstruksi tol sekaligus tanggul laut ini untuk mengatasi banjir rob di Semarang sisi timur dan Demak bagian barat,” ujarnya.

Baca juga: Masyarakat Kedunggading Kendal Arak Mustaka Masjid Baitturrakhim jelang Ramadhan Tiba

Baca juga: Resmikan Pengkoljagong Blora sebagai Kampung Pancasila, Kasdam IV/Diponegoro Singgung Keberagaman

Baca juga: Ikuti Arahan Presiden Jokowi Ihwal Target PDN, Ini yang Dilakukan Pemkab Blora

Deddy menambahkan bahwa terkait dampak infrastruktur terhadap pariwisata, pihaknya akan membuat satu rest area yang berada di tepi laut dan memiliki akses ke Makam Terapung Syekh Mudzakir.

“Mengenai dampak terhadap pariwisata dan sebagainya akan kami perhatikan, termasuk ada potensi nantinya memang ada satu rest area yang berada di tepi laut yang masuk di Kabupaten Demak.

Rest area ini bukan rest area pada umumnya karena ini berada di tepi laut.

Diharapkan nanti juga menjadi rest area wisata dan mempermudah akses ke Makam Syekh Mudzakir.

Dari rest area bisa memakai perahu untuk menuju makam tersebut,” pungkasnya. (*)

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved