Berita Semarang
Mahasiswa Udinus Semarang Ciptakan Aplikasi Pengembangan Seni, Bantu UMKM untuk Ekspor
Pandemi virus corona yang masih melanda Indonesia tak menjadi penghalang mahasiswa Udinus Semarang berinovasi dalam bidang akademik.
Penulis: Amanda Rizqyana | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Pandemi virus corona yang masih melanda Indonesia tak menjadi penghalang mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang berinovasi dalam bidang akademik.
Dua inovasi yang mampu menjadi terobosan bagi masyarakat yakni Aplikasi Culture Academy Indonesia dan Naratik.
Kedua aplikasi itu sama-sama diciptakan oleh mahasiswa Udinus.
Culture Academy Indonesia merupakan karya dari tiga mahasiswa Udinus dan telah melalui proses pengembangan.
Mereka ialah Hendriansyah selaku Chief Executive Officer (CEO) dan Front End Developer, Rachel Patricia sebagai Chief Operating Officer, dan Steven Adi Santoso sebagai Chief Marketing Officer.
Aplikasi Culture Academy sendiri berfokus pada pengembangan kesenian yang ada di Indonesia, seperti seni memahat, menari, hingga membatik.
Dalam wawancaranya, Hendriansyah selaku mahasiswa dari Program Studi (Prodi) S-1 Sistem Informasi Udinus mengatakan aplikasi ini terdapat layanan yang membantu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) naik level.
Ia memberikan layanan modul dalam bentuk video pelatihan yang disusun sesuai dengan standar produk ekspor yang telah divalidasi langsung oleh perusahaan terkemuka di dunia ekspor.
Hingga saat ini, pengguna aplikasi Culture Academy Indonesia mencapai 1.572 UMKM.
Dari jumlah itu, UMKM yang aktif dan telah berhasil ekspor sebanyak 733 UMKM.
“Selain itu, kami juga menciptakan ekosistem win-to-win yaitu saling menguntungkan antara berbagai pihak dan visi startup kami yaitu untuk meningkatkan kualitas produk UMKM di Indonesia,” ungkapnya pada Senin (7/3/2022).
Sementara itu, Aplikasi Naratik, dirancang oleh 6 mahasiswa dari tiga kampus di Indonesia, empat diantaranya merupakan mahasiswa Udinus.
Keempat mahasiswa Udinus tersebut yakni Farrel Athaillah Putra, Dwi Anggun Cahyati Jamil, Suhaili Faruq, dan Briliantino Abhista Prabandanu.
Aplikasi Naratik sendiri memiliki keunggulan, yakni mampu menekan angka penipuan kain batik di pasaran.
Farrel mengatakan aplikasi Naratik lahir dari proyek akhir Program Bangkit 2021 yakni Program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), yakni capstone project yang pengerjaannya berkelompok.