Pilgub Jateng 2024

Menakar Peluang Kaesang Masuk Bursa Calon Pilgub Jateng, Begini Kata Pengamat Undip

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KOLASE FOTO: Siluet yang ada dalam video sosok mawar yang diunggah di akun IG PSI (kiri), sosok putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep (kanan).

TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG – Tokoh-tokoh muda di Jawa Tengah mulai bermunculan untuk masuk bursa calon Gubernur Jawa Tengah (Jateng).

Misalnya Bupati Kendal Dico Ganinduto, Sudaryono Ketua DPD Gerindra Jateng, hingga Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep.

Apabila mereka memiliki gagasan yang baik, para politisi muda ini berpeluang masuk bursa pilihan gubernur (Pilgub) Jawa Tengah.

Baca juga: Kaesang Ditunjuk Jadi Ketum PSI, Pengamat Sebut Jokowi sedang Gembosi Suara PDIP

Baca juga: Mawar Kaesang Pangarep Gabung ke PSI, Begini Reaksi Waketum Andy Budiman

Hal tersebut disampaikan oleh Pengamat Politik dari Departemen Politik dan Pemerintahan (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) Wahid Abdulrahman kepada wartawan, Senin (5/2/2024).

Menurutnya para tokoh muda ini bisa membuat perubahan untuk Jawa Tengah melalui gagasannya.

“Saya kira itu bagus tokoh-tokoh muda ini muncul untuk menambah referensi atau alternatif-alternatif bakal calon Gubernur di Jawa Tengah ya, semakin banyak artinya semakin banyak pilihan dihadapi oleh parpol."

"Sehingga pilihan pemilih juga beragam, tidak itu-itu saja,” jelas Wahid.

Dilihat dari basis electoral dan berkaca pada pemilihan gubernur tahun 2018, kemudian tahun 2013, dan 2008, kata Wahid, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memang mendominasi.

Kata dia, siapapun calon dari partai ini tidak bisa di remehkan.

Kendati demikian kata dia, para politisi muda tetap berpeluang untuk masuk bursa Pilgub Jateng.

Dengan waktu yang cukup hingga pilkada mendatang, mereka bisa memperkenalkan diri kepada masyarakat.

Namun hal tersebut juga tetap memperhatikan kekuatan infrastruktur partai.

"Karena para calon gubernur nantinya akan sulit untuk maju secara perseorangan atau jalur mandiri."

"Sehingga parpol menjadi satu-satunya cara masuk untuk bertarung," Imbuhnya.

Lebih lanjut ia menambahkan, bursa pilgub Jateng belum bisa diprediksi saat ini.

Sebab, peta kontestasi Pilgub baru bisa terlihat setelah pilihan presiden (pilpres) berlangsung pada 14 Februari mendatang.

“Pilpres ini tentu akan mempengaruhi konstalasi nanti di Pilgub Jawa Tengah."

"Misalnya berkaitan dengan koalisi partai politik, lalu kedua berkaitan dengan hasil pemberian ekstensif parpol itu sendiri,” imbuhnya.

Wahid menuturkan, jaringan dan mesin politik yang lebih terstruktur menjadi faktor penting dalam pemenangan pilgub Jateng.

Melihat pula permasalahan dan tantangan yang ada di Jateng berupa kemiskinan, ketimpangan antara wailayah Utara dan Selatan, lalu pengangguran, dan infstruktur yang belum maksimal.

“Sudah seharusnya pemimpin muda ini punya tawaran alternatif terobosan yang dimulai dari sekarang harus dipromosikan dan coba disajikan ke masyarakat pemilih Jateng. Dan ini kita belum lihat pemanasannya,” akunya.

Ditanya terkait Dico yang telah berpengalaman menjadi pemimpin di Kabupaten Kendal. Arif mengaku ada kemungkinan tapi kecil.

“Mas Dico ini kan Golkar dan dia ada pengalaman di Kabupaten Kendal."

"Tapi sekali lagi kalau melihat kemungkinan hasil pileg, nampaknya kecil kemungkinan untuk Golkar bisa mengusung secara mandiri tanpa koalisi."

"Sehingga butuh partai lain yang bisa diajak koalisi,” akunya.

Sementara Sudaryono dari Gerindra kata dia juga mempunyai peluang. Terlebih masih ada waktu hingga Pilkada ke depan untuk mendulang popularitas melalui gagasannya.

“Peluang Sudaryono cukup besar jika Partai Gerindra mendulang suara pada Pileg 2024 ini dan membawa Prabowo memenangkan Pilpres 2024."

"Tetapi sekali lagi dia harus meningkatkan basis elektoralnya menurut saya, nah ini mumpung masih ada waktu semestinya calon-calon seperti itu sudah mulai mempromosikan diri paling tidak dalam perspektif gagasan yang paling penting adalah popularitas,” tegasnya.

Kaesang untuk gembosi suara PDIP

Sebelumnya, keluarga Joko 'Jokowi' Widodo disebut sedang melakukan upaya menggembosi suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Padahal, PDIP yang mengantarkan Jokowi memenangkan lima kali kontestasi, hingga akhirnya menjabat sebagai Presiden RI selama dua periode.

Langkah penggembosan itu antara lain adalah penunjukan Kaesang Pangarep -putra bungsu Jokowi- sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), meski baru hitungan jam menjadi kader partai.

Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menilai penunjukkan Kaesang sebagai Ketua Umum PSI dilatar belakangi tujuan mengambil ceruk suara pendukung dan relawan Jokowi, serta mencuri elektabilitas PDIP.

"Ketika Kaesang jadi ketua umum PSI, targetnya adalah mengambil ceruk suara dari pendukung dan relawan Jokowi."

"Kedua, mengambil suara-suara dari PDIP. Kita tahu bahwa di 2019 lalu itu suara PDIP berkurang karena digerogoti PSI," kata Ujang kepada Tribunnews.com, Selasa (26/9/2023).

Ujang melihat PSI yang dipimpin Kaesang paling tidak akan punya dua tujuan.

Yakni mengambil relawan Jokowi untuk mendukung PSI, dan di saat yang sama menggembosi suara PDIP.

Menurutnya dalam konteks ini, PDIP akan dirugikan atas ditunjuknya putra bungsu Jokowi sebagai Ketum PSI.

Kata Ujang, bisa jadi skema ini merupakan bagian dari rencana keluarga Jokowi menggembosi PDIP.

Skema ini dilatarbelakangi karena Jokowi yang merasa tak nyaman di PDIP dan perannya yang nihil di partai berlambang kepala banteng moncong putih tersebut.

"Paling tidak saya melihat ada dua suara yang bisa diambil dari PSI itu."

"Jadi mengambil relawan Jokowi untuk mendukung PSI, di saat yang sama kelihatannya akan menggembosi, dan mengambil suara PDIP," ungkapnya.

"Dalam konteks itu, saya melihat partai mana yang bisa diambil, saya tak melihat PDIP. Justru yang dirugikan adalah PDIP."

"Bisa jadi Kaesang jadi ketua umum PSI, bisa jadi ini strategi keluarga Jokowi menggembosi PDIP karena dianggap Jokowi sudah tidak nyaman lagi di PDIP dan Jokowi juga tidak punya peran di PDIP," lanjut dia.

Kaesang yang menjadi Ketum PSI dipandang sebagai desain yang telah direncanakan sebelumnya.

Ujang melihat kental andil Jokowi dalam merapatnya Kaesang ke PSI.

Terlebih PSI merupakan partai yang dibina dan tegak lurus oleh sang kepala negara tersebut.

"Dalam konteks Kaesang jadi Ketum PSI, itu skema yang sudah didesain direncanakan."

"Itu keinginan Jokowi, kita tahu PSI ini kan partai Jokowi, dibina oleh Jokowi."

"Yang manut tegak lurus bersama Jokowi. Jadi kalau Kaesang jadi ketum ya tidak aneh," kata Ujang.

Sebelumnya, putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep, ditetapkan sebagai Ketum PSI.

Kaesang ditetapkan sebagai Ketum PSI beberapa hari setelah menjadi anggota dan mendapat KTA PSI.

Kaesang ditetapkan sebagai Ketum PSI saat Kopdarnas PSI di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Senin (25/9/2023). (*)