Kisah emak-emak srikandi sampah di Kudus. Bergerak mengolah sampah untuk kelestarian lingkungan. Seperti apa cerita mereka?
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS — Diana Cristiawati bersama lima ibu-ibu mulai pagi pukul 08.00 WIB sudah sibuk melayani masyarakat yang hendak menabung sampah di Bank Sampah Muria Berseri, yang terletak di Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Rabu (29/11/2023).
Dia dan rekannya sibuk menimbang sampah-sampah hasil pilah para nasabah, mulai dari organik dan anorganik seperti jenis kaleng, koran, aluminium, kaleng, kardus, marga, swl, duplex, pp, hdpe, pet, atom, kaca, kabel, dan buku campur.
Usai sampah anorganik dipilah dan dipilih, para Petugas Bank Sampah Muria Berseri mencatatkan hasil timbangan di buku milik nasabah yang datang menabung sampah.
Nantinya, para penabung sampah akan mendapatkan sejumlah uang ataupun bisa dikonversikan ke emas di dalam buku tabungan nasabah.
Jika sampah organik yang dikumpulkan seperti dedaunan hingga makanan sisa. Sampah organik yang di buang akan dimanfaatkan untuk menjadi pupuk.
Niat mulia Diana bersama sebelas pengurus Bank Sampah Muria Berseri yakni untuk melakukan pelestarian lingkungan dari hal yang paling simpel menyadarkan masyarakat untuk memilah dan memilih sampah.
"Seperti ini kalau bank sampah buka, banyak nasabah yang datang membawa sampah anorganik juga sampah organiknya," kata Diana Cristiawati saat ditemui Tribunjateng.com
Meski cukup sibuk, namun Diana Cristiawati bersama ibu-ibu lainnya dengan senang hati menjalankan kegiatan tersebut.
Terhitung sebelas tahun lamanya mereka berikhtiar dalam pengelolaan sampah demi menjadikan lingkungannya lebih sehat.
Tentunya tidak mudah Diana Cristiawati sang initiator membangun Bank Sampah Muria Berseri hingga seperti sekarang. Beragam pelatihan dia lakukan hingga melakukan sosialisasi melalui PKK RT dan RW.
Selama sebelas tahun dalam berikhtiar tersebut, dia bersama rekannya mendapatkan dukungan dari berbagai pihak baik dari negeri ataupun swasta.
Satu dari dukungan swasta yakni Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) yang membantu melakukan pengolahan sampah organik untuk dijadikan pupuk.
"Awalnya kita berswadaya untuk mengangkut sampah organik ke Djarum, selama tiga kali pengiriman. Hal itu kita lakukan untuk melihat apakah kita konsisten atau tidak."
"Kemudian kami membuat tim teknis untuk sounding dengan Djarum," terang Diana saat mengingat awal mula Bank Sampah Muria Berseri bekerja sama Dengan Bakti Lingkungan Djarum Foundation.
Tujuan pembentukan tim tersebut, untuk melakukan presentasi dan menunjukan progres Bank Sampah Muria Berseri untuk pengiriman sampah organik yang terbilang konsisten agar mendapat support dari Bakti Lingkungan Djarum Foundation untuk membantu pengolahan sampah organik.
Dalam sehari, sampah organik yang dikirimkan ke Djarum mencapai 30 drum dengan berat total sampah organik mencapai 750kg.
"Jadi dari kami sampah organik seperti sisa makanan, kulit buah, daun-daunan dan sebagainya itu kami kumpulkan dan disetorkan ke Djarum untuk diolah menjadi kompos secara gratis dan komposnya juga kembali lagi ke kita untuk dibagikan ke nasabah secara gratis pula," sambung Diana.
Saat ini, Bank Sampah Muria Berseri sudah memiliki 354 nasabah yang berasal dari Kabupaten Kudus hingga Kabupaten Jepara.
Public Affairs Djarum Foundation, Amrul Hamzah mengatakan bahwa program pengolahan sampah anorganik Bakti Lingkungan Djarum Foundation, diilhami dari niat pelestarian lingkungan melalui pengelolaan sampah untuk membantu meringankan Pemerintah Kabupaten Kudus.
Bakti Lingkungan Djarum Foundation juga memberikan fasilitas, seperti pemberian drum ataupun karung serta mengangkut sampah untuk diolah secara gratis.
"Awal mulanya dari tahun 2018 program ini berjalan. Berangkat dari isu lingkungan bahwa tahun 2021 TPA (Tempat Pembangunan Akhir) di Kabupaten Kudus diprediksi penuh, terus kami lakukan riset dengan Dinas Lingkungan Hidup, bahwa sampah yang paling banyak yakni sampah organik," ucap Amrul, saat dikonfirmasi Rabu (29/11/2023).
Dari itu, sampah-sampah organik mulai di olah Djarum Foundation untuk dijadikan humisoil atau pupuk kompos yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pelestarian lingkungan seperti penghijauan lingkungan.
"Selain itu, harapannya masyarakat bisa tersadarkan agar memilah sampah. Dan pentingnya menjaga lingkungan," sambung Amrul.
Untuk saat ini dalam sehari, produksi humisoil sekitar 50 ton hal itu berasal dari sampah organik yang dikirimkan dari mitra sekitar 300an lebih lembaga.
Seperti sekolahan, rumah makan, hotel, rumah sakit, pelayanan lingkungan, internal perusahaan dan masyarakat umum. (rad)