TRIBUNMURIA.COM, DEMAK - Kampung Aceh atau Pronas Aceh merupakan kampung eksodan warga Kabupaten Demak yang dulunya melakukan transmigrasi dari Provinsi Aceh.
Pulangnya para transmigran asal Demak tersebut, dipicu lantara adanya konflik organisasi yang terjadi pada tahun 1999 di Provinsi Aceh.
Sehingga para warga transmigran Demak merasa takut dan akhirnya pulang kembali ke daerah asalnya.
Dengan kembalinya para transmigran tersebut, Pemkab Demak membuatkan sebuah kampung dan rumah dari kayu, agar dapat dihuni oleh para transmigran.
Baca juga: IAIN Kudus Hadirkan Dua Dosen Tamu dari Sudan
Kampung tersebut bernama Magirsari dan berada di Desa Suberejo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.
Hal itu disampaikan oleh Riswanto (48) Ketua RT 06 RW 08 Magirsari, Kelurahan Sumberjo, Kecamatan Maranggen, Kabupaten Demak.
Dirinya menjelaskan, Ketika kembali ke kabupaten Demak para Transmigran lansung ditampung di tempat trasmigrasi. yang ada di Kabupaten Demak.
"Dulu awalnya ditampung di depsos sana, belum dikasih lahan seperti ini," jelasnya kepada tribunjateng.com, Minggu (25/9/2022)
Lanjutnya, sekitar tahun 1999 kemudian dibuatkan kampung Magirsari tersebut namun tidak langsung ditempati.
"Dulu masih seperti hutan," ungkapnya
Karena para transmigran ingin segera pindah dari tempat penampungan tersebut dan sudah menunggu lama dirinya menyebut, para transmigran akhirnya memohon untuk segera dibutkan rumah.
"Terus pokoknya maksa, kalau di depsos kan tidak enak disana," ucapnya
Dirinya mengatakan, warga Kabupaten Demak yang dari eksodan Provinsi Aceh mulai menempati kampung magirsari pada tahun 2001.
"Tahun 2001, disini masih gelap, belum ada listrik, delapan tahun baru ada listrik, jalanpun belum seperti itu masih sawah-sawah dan jalan sawah," jelasnya
Dirinya mengungkapkan, Kampung eksodon Aceh atau Magirsari pada awalnya, ada 50 KK namun saat ini masih 43 KK pasalnya orang yang sudah pergi tersebut, merasa tidak betah.
"Perjanjian pemerintah diberi lahan, ternyata sampai disini tidak dikasih lahan hanya rumah saja, pekerjaan juga tidak ada, hanya mengandalkan beras jatah itu, padahal sumber kehidupanya kurang, ada yang lari (keluar) lagi, (karena) tidak kerasan disini katanya diberi pekerjaan, ternyata disini di lepas gitu aja, tidak dikasih apa-apa sama pemerintah," tutupnya
Baca juga: Makna Golok Dulu dan Sekarang Terungkap di Festival Golok Day Reborn 2022
Sementara itu ia mengatakan, untuk aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh para warga eksodon aceh merupakan bekerja proyek di Kota semarang.
"Ada proyek paving, proyek jalan, proyek bangunan rumah dan ada yang buruh,"
Selain itu ia mengharapkan kepada pemerintah kabupaten demak untuk menyediaka atau mebuatkan sumber air bersih dan infrastruktur jalan.
"Yang penting itu air bersih (kalau) kemarau panjang sulit mendapatkan air, kita ambil air sampai ke desa sebelah jaraknya 1 KM samapai 3 KM dari sini," ucapnya
Senada dengan Riswanto, satu diantara warga RT 5 Afif (46) berharap, lebih mudah mendapapatkan sumber air bersih yang layak untuk mebutuhan sehari-hari.
"Ya terutama air bersih dan jalan yang kurang sedikit sama lampu penerangan ," jelasnya
Warga yang lainya Sriyatun mengatakan, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari kebanyakan yang pria yang ada di kampung Magirsari, bekerja diproyek yang ada di Semarang.
"Kalau suami kerja ada yang di proyek pokoknya di proyek lah, kalau seorang istri ibu rumah tangga sama ternak kambing," tutupnya