TRIBUNMURIA.COM, BLORA – Apa rahasia Mbah Sastro Surip, berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun?
Mbah Sastro Surip warga Desa Plantungan, Kecamatan/Kabupaten Blora, Jawa Tengah (Jateng), berumur panjang, hingga kini berusia lebih dari 100 tahun, dan tetap tampak sehat dan tak pikun.
Kepada TribunMuria.com, Mbah Sastro Surip pun membagikan rahasia umur panjangnya.
Seperti apa?
Mbah Sastro Surip, warga Blora, layak ditasbihkan sebagai manusia langka, karena faktor usianya yang lebih dari 1 abad.
Kini, usia Mbah Sastro Suri diperkirakan lebih dari 106 tahun. Bahkan, Kades setempat meyakini usia Mbah Sastro Surip sekitar 117 tahun.
Meski berusia lebih dari 1 abad, Mbah Sastro SUrip masih sehat, masih bisa mendengar dan tidak pikun.
Seperti apa cerita kehidupan Mbah Sastro Suirp?
Mbah Sastro Surip diperkirakan lahir sebelum tahun 1916, atau belasan tahun sebelum para pemuda Hindia Belanda mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928.
Versi lain menyebutkan, Mbah Sastro Surip berusia sekitar 117 tahun.
Hingga usianya berada di angka 106 tahun, Mbah Sastro Surip masih tampak sehat dan sehari-hari masih bisa beraktivitas tanpa bantuan orang lain.
Hampir saban hari, ia beraktivitas ringan di sekitar rumahnya yang sangat sederhana.
Rumahnya masih berlantai tanah, dinding rumahnya dari anyaman bambu.
Ada tanaman ketela pohon di depan rumahnya.
"Kesibukannya ya tanam singkong, cabe, di samping dan depan rumah. Sehari-hari apa-apa masih bisa sendiri," kata Mbah Sastro Surip kepada TribunMuria.com, Sabtu (10/9/2022).
Sesekali, ia juga masih menyempatkan diri mampir ke warung kopi, untuk bercengkrama dengan warga lainnya.
Tentu, sembari menyesap kopi dan satu-dua jajanan.
"Kadang ya masak sendiri, kala-kala ya dikirim sama anak dan kerabat," jelas Mbah Sastro Surip.
Lahir saat pembangunan Waduk Tempuran
Mbah Sastro Surip mengaku tak ingat persis, tahun kapan ia dilahirkan.
Namun, berdasarkan riwayat dari orangtuanya dulu, Mbah Sastro Surip dilahirkan saat pembangunan Waduk Tempuran, oleh pemerintah kolonial Belanda.
Dilansir id.wikipedia.org, Waduk Tempuran dibagun pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1916.
Sehingga, bisa dikatakan, Mbah Sastro Surip dilahirkan pada sektiar tahun 1916.
Saat Jepang masuk Indonesia pada 1942, Mbah Sastro Surip sudah menjadi pemuda matang, dengan usia berkisar 25 tahun.
Karena itu, Mbah Sastro Surip mengaku masih mengingat bagaimana rasanya dijajah oleh Nippon.
"Ya masih ingat, saat Jepang berkuasa di sini," ucap Mbah Sastro Surip, tanpa menjabarkan lebih detail, kisah pendudukan Jepang di Nusantara.
Rahasia umur panjang Mbah Sastro Surip
Ketika disinggung apa rahasia umur panjang, Mbah Sastro Suirp, mengaku tak punya hal khusus.
Menurut Mbah Sastro Surip, kunci umur panjang adalah satu: kesederhanaan.
Kata Mbah Sastro Surip, hidup dipenuhi ambisi. Namun, bukan berarti tak bekerja keras.
"Ya saya ini, yang dipikirkan cuma makan dan kegiatan sebisanya," ucapnya.
Di samping itu, menurut Mbah Sastro Surip, hidup tenang tanpa ambisi berlebihan serta selalu mengingat Tuhan sang Maha Pencipta, menjadi resep umur panjang dirinya.
"Kita harus senantiasa mengingat siapa yang menciptakan bulan dan matahari," ungkap Mbah Sastro Surip.
Di sisi lain, Mbah Sastro Surip punya kebiasaan unik tiap kali hendak keluar rumah.
Menurut dia, tiap keluar rumah, ia selalu melangkahkan kaki kiri terlebih dahulu.
"Terus kalau mau selamet ketika keluar rumah, jangan lupa kaki kiri terlebih dahulu," tambah Mbah Sastro Surip.
Di KTP tertulis 1919, Kades: lebih dari dari di data
Sementara itu, Kepala Desa Plantungan, Endang Susana, mengatakan kemungkinan usia Mbah Sastro Surip lebih tua dari yang tertulis di Kartu Tanda Pendudul (KTP).
Disebutkan Endang, pada KTP Mbah Sastro Surip, tanggal lahir yang tertera adalah tahun 1919.
"Di KTP Mbah Sastro tertulis kelahiran tahun 1919. Tapi biasanya data orang jaman dulu kerap dikarang untuk mempermudah pendataan."
"Kemungkinan besar usia sesungguhnya lebih dari itu," jelas Endang Susana.
Menurutnya, analisa usia Mbah Sastro berasal dari kisah yang didapatnya, di mana Mbah Sastro Surip kemungkinan berusia sekitar 117 tahun.
"Tahun 1916 saat waduk tempuran dibuat, Mbah Sastro mengaku sudah melakukan aktifitas sebagaimana remaja umumnya saat itu," beber Endang Susana.
"Jadi perkiraan saya untuk usia sebenarnya ya, dari KTP ditambah lagi sekitar 14 atau 15 tahun," imbuh Endang Susana.
Kondisi Kesehatan pria yang terbilang tua di Desa Plantungan tersebut masih luar biasa sehat.
"Mbah Sastro Surip itu belum pikun. Masih bisa mendengar, bercerita, melihat dengan jelas, dan melakukan aktifitas sendiri disekeliling rumah," pungkas Endang Susana. (kim)