TRIBUNMURIA.COM, SALATIGA – Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan seorang Laboran Fakultas Sains dan Matematika (FSM) berhasil membuat alat pengusir burung menggunakan panel surya.
Mahasiswa ini yakni Yosua Aditya Wartanto, Fisya Tari Mindarningtyas, mahasiswa Program Studi Pendidikan FSM dan Tri Sunarno Laboran FSM.
Mereka berhasil menciptakan alat bernama Nggusah, sesuai dengan fungsinya Nggusah (mengusir) burung.
Yosua mengatakan bahwa berawal dari ide pembuatan alat pengusir burung tersebut karena melihat sampai saat ini petani mengusir hama burung masih manual.
Baca juga: TNI AL Angkut 1.056 Personel TNI AD dan 116 Kendaraan Tempur pada Latopsratmin di Teluk Lampung
Padahal riset yang ia dan timnya lakukan burung termasuk hama petani yang cukup sering dan dampaknya cukup siginifikan sehingga terciptalah alat tersebut menggunakan tenaga surya.
“Alat pengusir burung menggunakan panel Surya sehingga bisa otomatis,” kata Yosua kepada kepada Tribunjateng.com, Minggu (4/9/2022).
Dengan menggunakan alat Nggusah petani tidak perlu repot lagi untuk mengusir hama burung.
Sebab selain menggunakan energi matahari, alat tersebut juga bisa berjalan secara otomatis.
Secara prinsip sistem kerjanya sama dengan alat pengusir burung manual.
Ada tali, kaleng yang diisi batu, dan rumbai-rumbai, bedanya adalah alat berbentuk kotak itulah yang menggerakkan tali tersebut.
“Tetap dengan tali di sambungkan dengan alat ini, ada rumbai-rumbai, kemudian ditarik dengan alat ini sehingga bisa menghasilkan gerakan dan bunyi,” paparnya.
Dirinya menambahkan komponen alat ciptaannya itu terdiri dari panel surya, solar kontrol, dan motor bergerak.
Selain itu, menggunakan baterai aki kering dengan kapasitas 12 volt sebagai penyimpan energi.
Cara kerjanya adalah panas matahari yang ditangkap panel surya, kemudian diolah menggunakan solar kontrol, dan disalurkan ke dinamo sebagai motor penggerak.
“Ada juga timer bisa diatur nyalanya berapa lama dan bisa diatur durasi untuk penggerakannya,” jelasnya.
Yosua mengaku alat buatannya membutuhkan waktu tiga bulan, mulai dari risetnya sampai bisa digunakan dan menelan biaya Rp 850 ribu.
Baca juga: Turun Lapangan dengan 10 Pemain, Persijap Jepara Berhasil Tumbangkan Persekat Kabupaten Tegal
Alat itu juga sudah pernah diujicobakan dan bisa menggerakkan tali di sawah dengan luas 2500 meter persegi.
Panel Suryanya sendiri, menurut Yosua bisa bertahan sampai lima tahun.
Ke depan Yosua dan tim berharap alat yang dibuatnya bisa diproduksi secara massal dan bisa digunakan oleh petani sehingga efektivitas hasil panen petani bisa lebih meningkat. (han)