TRIBUNMURIA.COM, SUKOHARJO - Membayar Pajak Bumi dan Bangunan atau PBB tak selalu harus menggunakan uang tunai.
Sebagian warga Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng), membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) menggunakan tumpukan sampah.
Hal ini dilakukan oleh warga di RT 2/RW 4 Dukuh Cucukan, Desa Wirogunan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, dengan program Sambel Bajak dari Bank Sampah Lestari.
Bagaimana cerita unik warga bayar pajak gunakan tumpukan sampah? Simak laporan berikut ini.
Di banyak tempat, sampah kerap memicu permasalahan sosial hingga pencemaran lingkungan.
Namun, di tangan warga RT 2/RW 4 Dukuh Cucukan, Desa Wirogunan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, sampah menjadi barang bernilai jual.
Menariknya, dari sampah yang dikumpulkan, warga bisa melunasi kewajibab membayar Pajak Bumi dan Bangunan, bahkan masih menyisakan 'cuan'.
Pandemi Covid 19 sempat membuat ekonomi masyarakat terpuruk, pun demikian di Dukuh Cucukan.
Akibatnya, presentase pembayaran PBB tahunan warga Dukuh Cucukan pun menurun.
Kadus Cucukan, Nuari Tri Baskoro, mengatakan di wilayahnya, lebih khusus di RT 2/RW 4, selama ini pemilahan dan pengelolaan sampah sudah berjalan baik.
Warga memiliki Bank Sampah Lestari untuk menampung sampah lalu dijual ke pengepul.
Warga menukar sampah plastik atau kardus dengan uang untuk membantu meringankan perekonomian mereka.
"Namanya Sambel Bajak, akronim dari sampah beres lunas bayar pajak, " katanya, Selasa (23/8/2022)
Dituturkan Nuari Tri Baskoro lebih lanjut, untuk memaksimalkan pendapatan daerah dari sektor pajak, pemerintah mendorong warga untuk menabung uang hasil penjualan sampah.
Warga di RT 2/RW 4 kini tak lagi menukar sampahnya dengan uang.
Uang itu ditabung untuk membayar PBB yang menjadi kewajiban warga pemilik tanah dan bangunan.
Dengan begitu, diharapkan, presentase penerimaan PBB bisa optimal meski masih dalam suasana Pandemi Covid 19.
"Bila untuk membayar PBB masih sisa. Sisanya dikembalikan ke warga," katanya.
Warga setor sampah tiap hari ke Bank Sampah Lestari
Setiap beberapa hari sekali, kata dia, warga menyetor sampah yang dikumpulkan di rumah masing-masing ke Bank Sampah Lestari.
Di situ, pengelola Bank Sampah Lestari langsung memilah atau memisahkan sampah plastik dan kardus.
Sampah tak dibiarkan menumpuk di gudang. Karena saat itu juga, sampah langsung diambil oleh pengepul dan ditebus dengan uang.
"Gak ditimbun, langsung diambil pengepul, " katanya
Bukan hanya meringankan perekonomian warga, khususnya untuk membayar pajak, keberadaan Bank Sampah juga bisa mengurangi dampak buruk dari pencemaran sampah.
Sampah bukan hanya merusak pemandangan dan menimbulkan pencemaran, namun juga menjadi sumber penyakit.
"Busa mengurangi tumbuh kembangnya jentik nyamuk, karena gak ada air tergenang di sampah plastik, " katanya. (*)