TRIBUNMURIA.COM, BANYUMAS - Seorang pria berusia 74 tahun yang akrab dengan sapaan Ki Kusmarja, warga grumbul Bonjok Wetan, Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Banyumas giat melestarikan kesenian musik Gandalia.
Kesenian musik tradisional Gandalia asli Banyumas ini sudah mulai jarang ditemui saat ini.
Alat musik Gandalia terbuat dari bambu dengan panjang 50-60 sentimeter dan berdiameter kurang lebih 6 sentimeter.
Baca juga: Ikhtiar Melestarikan Tradisi Lengger Banyumas, Digelar Festival Menari di Alun-alun Banyumas
Baca juga: 7 Destinasi Wisata Libur Sekolah di Banyumas, Unggulkan Pesona Alam yang Luar biasa
Baca juga: Banjir Selutut Orang Dewasa di Lumbir Banyumas, Arus Lalu Lintas Jalur Selatan Sempat Tersendat
Irama yang dihasilkan terdengar begitu unik meski hanya menggunakan empat tangga nada pentatonis, yaitu ro (2), lu (3), mo (5) dan nem (6).
Sekilas rupa alat musik ini terlihat seperti angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan.
Gandalia ini memiliki ukuran bentuk yang lebih besar dibandingkan angklung.
Namun bila dilihat lebih detail, cara memainkan alat musik ini, selain digoyangkan, juga butuh keterampilan kedua tangan dalam membuka dan menutup setiap nada yang ingin dihasilkan.
"Yang dibunyikan dibuka, kalau tidak dibunyikan ditutup. Secara bersamaan ini juga digoyangkan secara lurus dan tempo yang sama," kata Ki Kusmarja kepada TribunMuria.com, baru-baru ini.
Dahulu Gandalia ini dimainkan oleh petani desa untuk mengusir hewan pengganggu tanaman-tanaman mereka seperti babi, burung, dan kera.
"Awalnya dulu buat tunggu di alas (ladang) banyak hewan pengganggu. Dulu lagunya belum di kolaborasi masih nyanyi sendiri-sendiri saja," tambahnya.
Seiring berjalannya waktu kesenian ini semakin dikenal masyarakat desa untuk dipentaskan dan mulai menggunakan lagu-lagu, seperti Cucuk Benik, Jo Liyo, Eling-eling, dan Lir-ilir.
Sudah berkecimpung dalam dunia kesenian Gandalia puluhan tahun, Kusmarja mengaku khawatir saat ini pemuda di desanya belum ada yang mahir memainkan alat musik ini.
Karena dalam berlatih alat musik ini diperlukan kesabaran dan ketelatenan.
"Susah melatih anak sekarang. Terkadang ada yang latihan di sini, tapi sepertinya belum ada yang mahir, dan mereka kurang telaten," ungkapnya.
Saat ini, hanya ada 4 orang saja di desanya yang mampu memainkan kesenian gandalia ini.