Menurutnya, persoalan sampah ke depan harus bisa diselesaikan di tingkat pemberdayaan.
Yaitu, 70 persen selesai di tingkat masyarakat, sisanya diproses di TPA.
Sehingga perlu adanya gerakan pemilahan sampah dari tingkat keluarga, untuk menentukan sampah yang bisa didaur ulang dan sampah yang tidak bisa didaur ulang.
"Ke depan akan kami atur pengelolaannya agar lebih tertata. Sehingga problem penumpukan sampah tidak berlarut-larut tanpa bisa tertangani," tuturnya.
Seorang pedagang di alun-alun Kaliwungu, Ria mengatakan, meningkatnya produksi sampah di wilayah pasar sore ini dikarenakan adanya pasar tiban syawalan.
Sehingga produksi sampah meningkat dibanding hari-hari biasanya.
Dia berharap, kondisi ini menjadi perhatian dinas terkait agar lebih intens mengangkut sampah ke TPA.
Supaya tidak terjadi penumpukan sampah yang menggunung hingga menyebabkan bau tidak sedap.
"Petugas tetap jangan sampai terlambat membersihkan sampah yang sudah menumpuk. Sampahnya tambah banyak, kalau terlambat diangkut kan baunya terasa," ujarnya.
Sopir truk sampah, Budi mengatakan, 10 petugas kebersihan diterjunkan untuk mengangkut sampah di lingkungan alun-alun Kaliwungu.
Baca juga: Kapolda Amati Volume Kendaraan Arus Balik di Jateng Lebih Tinggi Dibandingkan Arus Mudik
Baca juga: Ratusan Lontong Opor dan Soto Dibagikan Gratis saat Haul Wali Gembyang Kendal
Baca juga: Ratusan Hektare Sawah di Sekitar Rawa Pening Ambarawa Terendam, Petani Tak Bisa Tanam-Panen 3 Tahun
Pembersihan sampah biasanya dilakukan oagi hari pukul 07.00 WIB.
Khusus momentum Lebaran dan syawalan, petugas bisa mengangkut sampah minimal 2 kali dalam sehari.
"Kalau kondisi normal, biasanya mengangkut sampah 1 truk. Pas waktu ini, bisa sampai 2 truk lebih per hari," jelasnya. (*)