TRIBUNMURIA.COM, JEPARA - Kabar pementasan wayang di Pulau Parang sudah terdengar di telinga Suyono setahun lalu.
Ia pun sudah menyiapkan diri untuk menonton pertunjukkan kesenian tradisional tersebut.
Pria 49 tahun itu menuturkan semasa hidupnya belum pernah sekalipun melihat pertunjukkan wayang di desanya.
Selama ini ia hanya menyimak cerita wayang melalui media radio.
Dia memaklumi kondisi tersebut. Pasalnya, Desa Parang berada di wilayah pulau terpencil di Kecamatan Karimunjawa.
"Senang sekali akhirnya bisa menonton wayang langsung," kata warga RT 3/RW 1 itu yang datang melihat wayang bersama istrinya di depan Balaidesa Parang, Jumat (11/3/2022).
Sementara itu, Zaenal Arifin mengungkapkan hanya dua orang di Desa Parang yang pernah menanggap wayang di daerahnya, yakni Marzuqi dan Gareng.
Marzuqi menanggap wayang untuk memeriahkan acara khitanan putranya.
Sementara Gareng menghadirkan wayang untuk memeriahkan acara pernikahan anaknya.
"Yang Pak Marzuqi itu sudah 46 tahun yang lalu. Itu yang terakhir kalinya," kata pria yang juga menjabat Petinggi (baca: kepala desa) Parang itu.
Zaenal memahami pertunjukkan wayang memang sangat langka di daerahnya.
Hal itu disebabkan faktor letak desa yang jauh, sehingga biaya operasional untuk pertunjukan wayang tinggi.
"Kalau ke sini perjalanan 8 jam. Dari Jepara naik kapal ke Karimunjawa, lalu dari Karimunjawa ganti kapal lanjut ke sini," imbuhnya.
Tidak heran, kata dia, jika pementasan wayang yang ketiga kali di Desa Parang disambut antusias warga.
Pementasan wayang ketiga ini diinisiasi Pemerintah Kabupaten Jepara.