"Nanti akan ditindaklanjuti BBWS dan tentunya ini menjadi evaluasi kita bersama, introspeksi bersama, kok banyak yang jebol. Kami harus banyak menelusuri."
"Mitigasi harus kita jalankan. Supaya antisipasi ini bisa baik dan mudah-mudahan ke depannya baik," kata dia.
Terkait rencana perawatan tanggul, kata dia, pihaknya juga telah menganggarkan. Nantinya itu menjadi wewenang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kudus.
"Tentunya untuk anggaran rutin dari PUPR baru selesai diaudit KPK untuk dievaluasi mudah-mudahan banyak pencairan untuk menanggulangi ini," kata dia.
Selanjutnya, Kepala Dinas PUPR Kudus, Arif Budi Siswanto, mengatakan, terkait anggaran rutin di dinas yang dia pimpin tahun ini mencapai Rp20 miliar.
Anggaran itu kegunaannya untuk perawatan jalan, tanggul, jembatan, dan sejumlah fasilitas umum lainnya yang menjadi tanggung jawab pihaknya.
Terkait tingkat kerawanan tanggul, kata dia, aliran sungai di Kecamatan Mejobo dinilai seluruhnya rawan. Sebab wilayah tersebut terbilang cekungan.
Aliran sungai dari wilayah atas atau Gunung Muria larinya ke wilayah tersebut.
Untuk itu, perihal normalisasi sungai sudah sangat mendesak karena terjadi sedimentasi dan penyempitan daerah aliran sungai.
"Kami sudah koordinasi dengan BBWS, dari BBWS melaporkannya kepada pusat dulu. Ini yang membuat lambat," katanya.
Genangan air bercampur lumpur
Sebelumnya diberitakan, tanggul Sungai Dawe di Desa Golantepus, Kecamatan Mejobo, Kudus jebol karena tidak kuat menahan laju debit aliran sungai, Rabu (9/3/2022).
Akibatnya, jalan di desa tersebut terendam air limpasan dari sungai yang bercampur lumpur.
Kepala Desa Golantepus, Nur Taufiq, mengatakan, tanggul yang jebol itu tepatnya berada di RT 3/RW 1 desa tersebut.
Jebolnya tanggul terjadi sekitar pukul 18.15 WIB.
Arus air limpasan bercampur lumpur dari sungai yang menuju permukiman rumah warga cukup deras.