Berita Blora

BPBD Sebut Tak Ada Wilayah Jateng 100 Persen Aman dari Bencana, Bergas: Ada 14 Jenis Ancaman

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala BPDB Jateng, Bergas C Penanggungan (kiri) dan para narasumber dalam dalam kegiatan pelayanan informasi rawan bencana tahun 2022 yang bertajuk 'Identifikasi dan Sosialisasi Daerah Rawan Bencana di Jawa Tengah' di ruang pertemuan Resto D’Joglo dengan diikuti tokoh masyarakat, Kepala Desa, organisasi masyarakat dan kepala kelurahan di wilayah Kecamatan Blora, Jumat (11/3/2022).

TRIBUNMURIA.COM, BLORA – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jateng, Bergas C. Penanggungan mengatakan tidak ada satupun wilayah di Jawa Tengah yang 100 persen aman dari bencana. 

Hal itu dikatakan dalam kegiatan pelayanan informasi rawan bencana tahun 2022 yang bertajuk Identifikasi dan Sosialisasi Daerah Rawan Bencana di Jawa Tengah. 

Bertempat di ruang pertemuan Resto D’Joglo, acara tersebut diikuti tokoh masyarakat, kepala kesa, organisasi masyarakat dan kepala kelurahan di wilayah Kecamatan Blora, Jumat (11/3/2022).

“Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2020, terdapat 11 Kabupaten di Jawa Tengah memiliki kelas risiko tinggi sedang," ucap Bergas C. Penanggungan. 

Hasil kajian risiko bencana Jateng 2020-2024, Jateng memiliki 14 jenis ancaman bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi dan berpotensi terjadinya korban harta bahkan jiwa.

Disebutkannya, dari data tahun 2021, tercatat 1.830 kejadian bencana di Jawa Tengah dengan bermacam-macam jenis bencana.

Sedangkan data bencana tahun 2022, sampai dengan Februari, sudah tercatat sebanyak 625 kejadian bencana dengan rincian, banjir bandang 77 kejadian, angin puting beliung 275 kejadian.

Lalu, tanah longsor 226 kejadian, tanah gerak 6 kejadian, kebakaran 44 kejadian dan gelombang pasang serta gempa 0 kejadian.

“Masing-masing bencana memberikan dampak berupa korban jiwa serta kerugian dan kerusakan terhadap masyarakat,” ungkapnya.

Bahkan pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama dua tahun juga telah membawa dampak pada berbagai sektor, naik kesehatan, pendidikan, sosial, perdagangan, pariwisata dan lain-lain.

“Oleh karena itu budaya sadar bencana perlu kita tanamkan pada diri kita masing-masing dalam rangka mengurangi risiko bencana yang terjadi,” tegasnya.

"Membekali diri dengan pemahaman upaya pencegahan dan kesiapsiagaan bencana sangat perlu dilaksanakan agar kita siap menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi," imbuhnya. 

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Blora, Slamet Widodo, mengatakan ada beberapa langkah yang perlu disampaikan oleh Kepala Desa dan Kepala Kelurahan kepada warganya.

“Yang pertama, membersihkan saluran air. Tolong segera diadakan kerja bakti, silahkan dibuat jadwalnya, apakah sebulan sekali atau sebulan tiga kali, silahkan,” kata Slamet Widodo.

Menurutnya, dimohon memperhatikan lingkungan sekitarnya. Khususnya kalau ada pohon yang tinggi, karena juga rawan bencana termasuk saluran air. 

“Kalau pohon itu masih bisa dirapikan, ya dirapikan, jangan dipotong bawah."

"Karena menanam pohon juga lama sekali. Sekiranya pohon tinggi, dan berbahaya, dipendekkan saja."

"Artinya bisa mengurangi potensi bencana,” tuturnya.

"Mohon digiatkan ronda," pungkasnya. (*)