Berita Pati

Bersama Klaster UMKM BRI Nasi Gandul Pati jadi Makin Unggul, QRIS Mudahkan Transaski

Nasi gandul khas Pati makin unggul setelah mendapat pendampingan dari Klaster UMKM BRI dengan QRIS, sehingga memudahkan transaksi dengan pelanggan.

TribunMuria.com/Mazka Hauzan Naufal
Andika, pengelola Warung Nasi Gandul Romantis Desa Gajahmati, menunjukkan QRIS yang dipakai untuk transaksi nontunai, Senin (8/5/2023). 

TRIBUNMURIA.COM, PATI - Gajah mati meninggalkan gading, Gajahmati meninggalkan sega gandhul. Pelesetan dari sebuah peribahasa tersebut tentu mudah dipahami oleh warga Kabupaten Pati.

Gajahmati merupakan nama sebuah desa di Kecamatan Pati. Letaknya tak jauh dari Alun-Alun Pati, hanya sekira dua kilometer ke arah selatan.

Desa ini dipercaya sebagai tempat kelahiran sega gandhul alias nasi gandul, sajian kuliner khas Kabupaten Pati. Menu makanan ini tampilannya sepintas mirip nasi semur daging.

Dikutip dari situsweb Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah (Arpusda) Kabupaten Pati, berdasarkan asal-usulnya, penamaan nasi gandul merupakan pemberian dari pembeli.

Dahulu pedagang menjajakan nasi gandul menggunakan pikulan berisi kuali di satu sisi dan bakul nasi serta peralatan makan di sisi lain.

Pikulan itu digotong berkeliling untuk dijajakan sehingga naik-turun seirama langkah penjualnya. Hal ini dalam bahasa Jawa disebut gondal-gandul (menggantung dan berayun-ayun). Dari situlah sajian ini kemudian dinamakan nasi gandul oleh pembeli.

Disajikan di atas piring yang dilapisi daun pisang, nasi gandul berisi nasi putih, daging atau jeroan sapi sebagai lauk, guyuran kuah bersantan yang kaya rempah, serta taburan bawang goreng sebagai pelengkap.

Nasi gandul juga lumrahnya disajikan dengan tambahan kecap dan sambal. Cita rasa nasi gandul yang manis-gurih kian lezat dengan tempe goreng kering sebagai lauk pendamping.

Biasanya, warung-warung nasi gandul memang menyediakan lauk pendamping berupa tempe yang digoreng kering, perkedel, dan telur.

Di area Pati Kota, warung nasi gandul sangat mudah ditemukan. Terutama di Desa Gajahmati yang merupakan daerah asal makanan ini.

Melihat banyaknya pelaku usaha sejenis di Desa Gajahmati, BRI membentuk Klaster Nasi Gandul di bawah binaan Mantri (tenaga pemasar mikro) BRI Unit Pati Kota 1.

Dikutip dari situsweb resmi BRI, program Klaster UMKM ini membentuk kelompok usaha berdasarkan kesamaan bidang usaha dan lingkungan. 

Seorang Mantri BRI bertugas menjadi penasihat finansial (financial advisor) untuk mengembangkan pelaku usaha anggota klaster UMKM.

Mantri memberikan akses kepada pelaku UMKM terhadap produk-produk perbankan yang bisa membantu mereka mengembangkan bisnis. Tak hanya itu, mantri juga menjadi “penyuluh digital” bagi pelaku UMKM.

Salah satu warung yang tergabung dalam klaster nasi gandul ialah “Nasi Gandul Romantis Bp. H. S. Sardi” di Jalan Panunggulan, Desa Gajahmati.

Setelah H. Sardi berpulang pada 2021 lalu, warung yang telah berjualan sejak 1978 ini dikelola oleh anak dan cucunya.

“Eyang Kung (kakek) saya, Pak Sardi, dulu jualan nasi dengan cara dipikul. Kan dagangannya gemandul (bergelantungan), maka oleh pembeli disebut nasi gandul."

"Buka sejak 1978, warung ini sekarang saya, generasi ketiga, yang mengelola,” kata cucu mendiang Sardi, Andika, pada TribunMuria.com, Senin (8/5/2023) siang.

Siang itu, Warung Nasi Gandul Romantis cukup ramai. Andika bersama tiga orang perempuan pramusaji tampak sibuk melayani pembeli.

Meja tempat mereka meracik menu pesanan pembeli berada di tengah pikulan bambu. Satu sisi pikulan berisi kuali besar dengan kuah nasi gandul yang mendidih. Sementara sisi pikulan satu lagi berisi satu bakul besar nasi putih.

Sedangkan, di tengah-tengahnya terdapat meja berisi empal daging sapi dan aneka jeroan sapi, antara lain usus, hati, limpa, dan otak.

Para pramusaji tampak cekatan menyiduk nasi, menggunting daging dan jeroan menjadi potongan-potongan kecil, mengguyur kuah, serta menuang kecap dan sambal ke piring pesanan pembeli.

“Di sini lauk yang laris lidah, daging, koyor, sama kikil sapi yang besar. Harganya per porsi daging dan jeroan Rp17 ribu."

"Kalau kikil kaki sapi yang besar, bisa buat rame-rame, antara Rp75 ribu-80 ribu. Kalau nggak habis dan dibungkus masih saya bonusi kuah,” ungkap Andika.

Pengelola warung nasi gandul yang tergolong legendaris ini bermitra dengan BRI melalui penerapan pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan keagenan BRILink.

Andika mengatakan, dengan bantuan BRI, sudah sekira satu tahun ini warungnya memasang QRIS untuk pembayaran nontunai (cashless).

“Pembayaran QRIS di sini sejak satu tahun lalu. Dulu awalnya orang BRI yang ke sini menyosialisasikan. Sekarang makin banyak yang pakai QRIS, apalagi waktu Idulfitri kemarin. Rata-rata sekitar 25 persen pelanggan yang pilih pembayaran pakai QRIS,” ujar dia.

Anak ketiga almarhum Sardi dan bibi dari Andika, Suhartatik, menilai penggunaan QRIS memang praktis dan memudahkan.

“Transaksinya mudah. Bisa menghindari uang palsu dan mengurangi peredaran uang kertas. Dulu waktu ditawari BRI, saya langsung mau. Karena memang sudah saya tunggu-tunggu."

"Sebagai penjual, saya lebih suka QRIS. Lebih praktis, nggak perlu hitung-hitung uang, apalagi kalau ada pesanan besar,” ucap perempuan yang akrab disapa Tatik ini.

Warung Nasi Gandul Romantis memang kerap mendapat pesanan dalam jumlah besar dengan nilai hingga puluhan juta rupiah. Pesanan tak hanya datang dari Pati, melainkan juga dari luar kota, di antaranya Jogja, Magelang, Kudus, dan Semarang.

“Yang terbaru ini pernah dapat pesanan 2 ribu porsi untuk acara kelulusan sekolah di Jogja,” kata dia.

Dengan pesanan sebesar itu, pembayaran secara digital memudahkan penjual dalam melakukan pembukuan keuangan.

Pembayaran menggunakan QRIS juga memudahkan pembeli. Hal itu dikatakan Ahmad Rudi Setiawan (28), seorang pembeli nasi gandul.

"Lebih enak dan praktis karena tidak perlu bawa terlalu banyak uang cash ke mana-mana," kata pria yang berdomisili di Desa Kedungbulus, Kecamatan Gembong, ini usai memindai QRIS untuk membayar seporsi nasi gandul lauk daging dan segelas es teh.

Selain penggunaan QRIS di Warung Nasi Gandul Romantis, kemitraan Tatik dengan BRI juga dalam bentuk keagenan BRILink.

Tatik sudah dua tahun menjadi agen BRILink. Di salah satu sisi tembok warung, memang terpasang sebuah poster yang menerangkan bahwa Suhartatik merupakan agen BRILink yang melayani berbagai transaksi keuangan.

“Yang dilayani tarik tunai, setor tunai, pembayaran tagihan, pembelian token, sampai top-up saldo OVO, Shopeepay, dan lain-lain,” urai Tatik.

Sebetulnya, sebelum menjadi agen BRILink, Tatik sudah lama membuka jasa transaksi keuangan dan pembayaran tagihan dengan bermitra dengan suatu CV.

“Tapi di sini kalau tidak pakai logo BRILink, masyarakat nggak ada yang datang. Biarpun pasang banner, kalau tidak ada merek ‘BRILink’ masyarakat seperti kurang sreg. Makanya saya jadi agen,” ucap dia.

Tatik mengatakan, meski nilai transaksinya tidak seberapa besar, di bawah Rp5 juta per transaksi, sebagai Agen BRILink tiap bulan dia bisa mencapai target 300 transaksi.

Mantri BRI Unit Pati Kota 1, Ardha Harya Kusuma, mengatakan bahwa pihaknya memang dipercaya untuk membina Klaster Nasi Gandul Desa Gajahmati.

“Kebetulan di sini mayoritas berdagang nasi gandul. Karena di BRI ada program klaster wilayah binaan, maka kami merekomendasikan klaster nasi gandul."

"Program ini kami jalankan dengan harapan bisa meningkatkan UMKM melalui program BRI, baik program pinjaman maupun program lain seperti keagenan BRILink,” kata dia di Warung Nasi Gandul Romantis, Senin (8/5/2023) siang.

Ardha menyebut, dalam program klaster UMKM ini, tiap Mantri memang dituntut menangani satu desa binaan untuk memajukan UMKM di sana.

“Selain pasang QRIS untuk bertransaksi tanpa menggunakan uang tunai, kami juga menyalurkan pinjaman atau tambahan modal, baik KUR (Kredit Usaha Rakyat) maupun Kupedes (Kredit Umum Pedesaan),” jelas dia.

Ardha mengatakan, pemberian kredit usaha dimaksudkan untuk meningkatkan UMKM binaan di Desa Gajahmati. Menurut dia, sudah ada beberapa pedagang nasi gandul yang menjadi debitur KUR untuk mengembangkan usaha atau merenovasi toko.

Berdasarkan uraian panjang di atas, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bersama Klaster UMKM BRI, nasi gandul bisa makin unggul. (mzk)

Sumber: TribunMuria.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved