Sejarah Solo
Solo Pernah Diterjang Banjir Bandang Tahun 1966, Puluhan Warga Tewas, 1000 Lainnya Alami Luka
Puluhan tahun lalu, Solo juga pernah direndam banjir. Bahkan banjir yang persisnya terjadi pada 1966 itu menewaskan hampir seratus warga
Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNMURIA.COM, SOLO - Banjir yang merendam wilayah Kota Solo Kamis (16/2/2023) petang ternyata bukan yang pertama.
Sebab puluhan tahun lalu, daerah yang kini dipimpin Gibran Rakabuming Raka itu juga pernah direndam banjir. Bahkan banjir yang persisnya terjadi pada 1966 itu menewaskan hampir seratus warga.
Tak hanya itu, lebih dari 1000 jiwa juga mengalami luka-luka akibat bencana alam itu.
Baca juga: Solo Direndam Banjir, 21.846 Jiwa Terdampak, 4.440 Mengungsi
Seperti diberitakan, Kamis (16/2), banjir merendam Kelurahan Jagalan dan Pucangsawit, Kecamatan Jebres.
Tingginya curah hujan yang terjadi pada tanggal tersebut sejak pukul 14.00 WIB hingga sekira pukul 20.00 WIB mengakibatkan wilayah lain di kecamatan yang berbeda juga mengalami banjir. Di Kecamatan Pasar Kliwon banjir juga hampir bersamaan, sesudah setelah Jagalan dan Pucangsawit.
Lalu, pada Jumat (17/2/2022) warga di Kecamatan Joyotakan, Kecamatan Serengan juga mengalami banjir. Tak hanya di tiga kecamatan tersebut, Kecamatan Laweyan juga direndam oleh air alias banjir.
Menurut informasi, selain tingginya curah hujan yang terjadi, dibukanya pintu air di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri menjadi salah satu faktor.
Aliran air dari Waduk Gajah Mungkur itu cukup deras, lantaran Wonogiri yang menjadi hulu Sungai Bengawan Solo itu juga terjadi hujan yang cukup lebat. Dengan derasnya air yang melewati Bengawan Solo, tinggi muka air menjadi tinggi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo merilis, akibat banjir yang melanda Kota Solo pada Kamis-Jumat hingga pukul 11.00 WIB, setidaknya 21.846 jiwa terdampak, selain itu 4.440 jiwa berada di pengungsian terpusat. Banjir pada awal 2023 itu juga melanda 16 kelurahan di 4 kecamatan.
Baca juga: Solo Direndam Banjir, Ketinggian Air di Kelurahan Pucangsawit dan Jagalan Seleher Orang Dewasa
Sejarah Banjir di Kota Bengawan
Sejarah mencatat, Kota Solo merupakan salah satu wilayah yang pernah terjadi banjir, bahkan tidak hanya sekali. Selain berkali-kali terjadi banjir, Kota Solo pernah mengalami banjir bandang yang menewaskan banyak korban.
Pada 24 Februari 1861, Kota Solo pernah mengalami banjir bandang. Peristiwa itu bahkan dicatat dalam sebuah plakat yang tertempel di Benteng Vastenburg hingga saat ini.
Di dalam plakat tersebut bertuliskan HOOGSTE WATER STAND OP DEN 24 February 1861. Plakat itu menjadi penanda posisi air tertinggi yang ditulis dalam bahasa Belanda tersebut.
Banjir besar juga terjadi di Solo pada 1918, dalam Skripsi berjudul Banjir Bengawan Solo tahun 1966: Dampak dan Respon Kota Solo (2009) yang ditulis oleh Ridha Taqobalallah menyebutkan banjir tersebut terjadi karena faktor tanggul yang dibuat untuk mencegah banjir belum selesai dibangun.
Disebutkan, banjir yang melanda Solo pada tahun tersebut cukup besar dan ketinggian air di dalam kota mencapai lutut orang dewasa. Bahkan di beberapa tempat di Kota Solo ketinggian air mencapai 1,5 meter.
Tak berhenti di tahun tersebut, pada tahun 1966 Kota Solo kembali dilanda banjir besar. Masih menurut sumber yang sama, banjir itu menggenangi sebagian kantor penting yakni Gedung BNI Unit I, II, dan III, Balai Kota Solo, Kantor Pos, Kantor eks Karesidenan Surakarta, Pasar Gede, Gereja Purbayan, dan sebagainya.
Banjir pada tahun 1966 itu, hampir semua wilayah kota yang menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan di Kota Solo terendam banjir setinggi antara 1,5 hingga 2 meter. Akibatnya, selama beberapa hari roda ekonomi dan pemerintahan mengalami kemandegan.
Bahkan, sebagian jalan di pusat ekonomi dan pemerintahan di Kota Solo tidak dapat dilalui, transportasi dan telekomunikasi terputus sehingga pertolongan datang menunggu air banjir surut. Banjir tersebut hampir tiga perempat wilayah kota yang meliputi empat kecamatan, yakni Pasar Kliwon, Jebres, Serengan, dan Banjarsari.
Baca juga: Sungai Bengawan Solo Limpas, Warga Kampung Daleman Jaten Karanganyar Mengungsi ke Masjid
Dengan adanya banjir yang melanda pada tahun 1966 tersebut, dalam jurnal berjudul Banjir dan Bantuan di Surakarta, Filantropi dalam Banjir Solo Tahun 1966 (2022) yang ditulis oleh Nur Isnaini Firdhaus Kholidah disebutkan, banjir tersebut ditetapkan menjadi bencana nasional.
Dijelaskan dalam jurnal tersebut, banjir yang melanda Kota Solo terjadi diakibatkan oleh berbagai faktor di antaranya, yaitu kondisi geografis Kota Solo yang cenderung lebih rendah dari wilayah yang mengelilingi Kota Bengawan.
Kota Solo berada di dataran rendah dengan tempat kurang lebih 92 meter di atas permukaan laut.
Berarti, Kota Solo lebih rendah atau sama tingginya dengan permukaan Bengawan Solo serta dilalui oleh beberapa sungai yakni Kali Pepe, Kali Anyar, dan Kali Jenes yang semuanya bermuara di Bengawan Solo.
Hal itu menyebabkan Kota Solo rawan tergenang banjir.
Faktor lain yang menjadi penyebab banjir pada tahun 1966 adalah terjadinya curah hujan yang tinggi selama beberapa hari yang kemudian menyebabkan Bengawan Solo tidak mampu menampung debit air dan akibatnya meluap ke pemukiman warga serta tempat penting lainnya.
Sedangkan, menurut catatan tanggal 20 Maret 1966 banjir yang melanda Kota Solo mengakibatkan 71 orang meninggal dunia, 26 orang mengalami luka, dan 1 orang gantung diri akibat depresi.
Catatan selanjutnya, pada tanggal 1 April 1966, korban meninggal dunia akibat banjir bertambah yaitu 90 orang yang terdiri dari 72 orang penduduk Kota Surakarta, sedangkan 18 lainnya bukan penduduk atau warga Solo. Korban luka-luka mencapai 1.340 orang. (*)
sumber: https://matalensaku.com/foto-menarik/banjir-solo-1966/
Ihwal Gebyar PAI, Wabup Semarang: Komitmen Cetak Generasi Bangsa Terdidik |
![]() |
---|
DPRD Jateng Temui Massa Aksi Aliansi Mahasiswa Semarang Raya, Asrar Janji Sampaikan Aspirasi |
![]() |
---|
Agus Gondrong Temui Demonstran di Temanggung: Mari Kawal Aspirasi Bersama |
![]() |
---|
Ihwal Kedaulatan Energi Nasional, Dewan Penasihat PP Sebut Lifting Migas sebagai Solusi |
![]() |
---|
Kedatangan 3 Driver Bus Profesional dari JIDS Karanganyar Jadi Sorotan Media Jepang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.