Berita Jateng

Perjuangan Sipon: Bikin Organisasi Keluarga Korban Orang Hilang, Beri Advokasi, dan Pendampingan

Sipon, dikenal bukan lantaran dia istri seorang aktivis sekaligus penyair Wiji Thukul. Ia adalah seorang pejuang kemanusiaan dan pejuang.

Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: Moch Anhar
TribunMuria.com/Sholekan
Pelayat duduk di depan potret istri aktivis dan penyair Wiji Thukul, Dyah Sujirah atau Sipon, di rumah duka di Kampung Kalangan, Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Kota Solo pada Jumat (6/1/2023). 

TRIBUNMURIA.COM, SOLO - Dyah Sujirah atau Sipon bukan orang sembarangan, bukan lantaran dia istri seorang aktivis sekaligus penyair Wiji Thukul.

Sipon adalah seorang pejuang kemanusiaan dan pejuang.

Dibuktikan dengan dia menjadi salah satu pendiri organisasi yang bergerak di bidang HAM, yakni Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI).

Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Umum IKOHI, Zaenal Muttaqin kepada Tribun Jateng usai takziyah di kediaman Sipon di Kampung Kalangan, Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Kota Solo pada Jumat (6/1/2023).

"Mbak Sipon itu salah satu pendiri IKOHI ya. Jadi waktu antara waktu bulan Maret hingga Mei 1998 itu kan massifnya penculikan, kemudian semua keluarga (korban) mengadukan ke Munir," ucapnya.

Baca juga: Warga Terlalu Kreatif Akali ETLE dengan Pelat Palsu, Polres Jepara Berlakukan Lagi Tilang Manual

Diketahui, Munir mendirikan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) pada 20 Maret 1998 dan banyak orang yang melapor ke Munir.

Kemudian, lanjut Zaenal, oleh almarhum Munir para keluarga korban orang hilang itu dikumpulkan pada September di tahun tersebut.

"Setelah itu terus akhirnya dibentuk lah IKOHI di Kantor YLBHI Jakarta. Jadi Mbak Sipon itu terlibat dari awal dari 1998 bulan September itu tanggal 17," jelasnya.

Menurut Zaenal, sosok Sipon juga seorang pengorganisir. Pada saat itu Sipon mengorganisir keluarga orang hilang bukan hanya kasus 1998, tapi juga orang hilang dalam kasus Talangsari maupun 65.

"Pada waktu juga membikin IKOHI Jawa Tengah, jadi ada dari Semarang, Bawen, Salatiga, Solo, maupun Sragen. Pada waktu itu Mbak Sipon jadi ketua pada 2006, aku jadi sekretarisnya Mbak Sipon di IKOHI Jawa Tengah," tuturnya.

Pada saat yang sama, ungkap Zaenal, Sipon juga terus menggalang dukungan dari berbagai kelompok di tingkat nasional.

Selama proses advokasi, masing-masing keluarga ada kebutuhan ekonomi dan sebagainya.

"Nah, Mbak Sipon kan pintar menjahit ya bisa mendapatkan order-order jahitan. Dia senang berbagi dengan misalnya keluarga Suyat di Sragen, keluarga Bu Fatah di Solo supaya bisa mendapatkan pemasukan untuk kegiatan advokasi di tingkat nasional," ucapnya.

Jadi, peran Sipon untuk membantu keluarga korban orang hilang bisa dikatakan sejak mendirikan IKOHI pada 17 September 1998. Sosok Sipon juga terlibat dalam kampanye, advokasi, juga menguatkan korban yang lain.

"Kadang-kadang ya ada kelelahannya, ada juga serangan dari pihak-pihak lain. Keluarga orang hilang ini kan (dianggap) subversif ya, ada pula intimdasi. Zaman itu kencangnya advokasi ada telpon, surat kaleng yang mengancam," ungkapnya.

Baca juga: Kisah Perjuangan Sipon, Seperempat Abad Tunggu Kepulangan Wiji Thukul hingga Akhir Hayat

Pada saat ada ancaman itu, lanjut Zaenal, Sipon yang selalu menguatkan korban yang lain entah perempuan maupun laki-laki.

"Jadi sebenarnya, perannya dalam mengorganisasikan keluarga korban penculikan 1997-1998 dan keluarga orang hilang yang lain dalam berbagai kasus sangat besar Mbak Sipon itu," tandasnya. (*)
 

Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved