Berita Jepara
Angka Stunting di Jepara Turun 30 Persen, Edy Minta Dinke Petakan Persoalan Balita Kurang Gizi
Penjabat (Pj) Bupati Jepara Edy Supriyanta mencanangkan Gerak Satu Hati di Taman Sumendung, Desa Bangsri, Kecamatan Bangsri, Rabu (9/11/2022).
Penulis: Muhammad Yunan Setiawan | Editor: Yayan Isro Roziki
TRIBUNMURIA.COM, JEPARA - Stuntung atau masalah kurang gizi kronis yang membuat anak mengalami gangguan pertumbuhan masih menjadi masalah serius di Kabupaten Jepara.
Sejumlah kegiatan yang secara khusus dibentuk untuk mengentaskan stunting terus digalakkan.
Penjabat (Pj) Bupati Jepara Edy Supriyanta mencanangkan Gerak Satu Hati di Taman Sumendung, Desa Bangsri, Kecamatan Bangsri, Rabu (9/11/2022).
Hadir dalam kegiatan ini Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Jepara Ny. Eka Edy Supriyanta, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara Dokter Muh. Ali, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Jepara Dokter Edwin Tohaga, pimpinan kecamatan, dan sejumlah elemen.
Dalam kesempatan itu, Edy Supriyanta meminta kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) bersama IDI untuk membuat peta jalan (roadmap) pengentasan stunting di Jepara.
"Saya minta Dinkes bersama IDI membuat peta jalan penanganan stunting di Jepara," kata Edy Supriyanta.
Orang nomor satu di Kota Ukir itu mengklaim penanganan stunting sudah menunjukkan tren bagus. Angka stunting turun hingga 30 persen. Adapun jumlah kasus stunting di Kabupaten Jepada tercatat 7005 kasus.
Untuk kegiatan ini, gerakan pengentasan stunting diisniasi 314 dokter umum dan 50 dokter spesialis yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Jepara.
IDI Jepara langsung menangani 17 balita yang mengalami stunting. Edy Supriyanta berharap IDI bisa menangani bayi stunting lebih banyak lagi.
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Jepara Dokter Edwin Tohaga mengatakan kegiatan tersebut digelar dalam rangka ulang tahun ke-72 IDI dan hari kesehatan nasional ke-58.
Dalam rangkaian kegiatan itu, dilakukan pemeriksaan bayi di bawah dua tahun (baduta) oleh tim penanganan stunting. Sebelumnya juga dilakukan dua mini seminar, masing-masing bertema “Apa itu Stunting” dan “Gizi pada Baduta.”
Menurutnya, 7 ribu balita berstatus stunting di Jepara harus dikelola dengan intervensi yang spesifik. Tak hanya lingkungan mini keluarga dan masyarakat, tapi juga pemerintah.
“Konsep kami mengelola balota stunting, kami lakukan seleksi data, lalu seleksi balita stunting mana yang bisa diintervensi. Di antaranya untuk balita stunting yang asupan gizinya masih kurang,” kata Edwin Tohaga.
IDI akan melakukan pemberian makanan tambahan (PMT) dengan bahan pangan lokal yang akan disampaikan melalui kader Posyandu. Kegiatan ini akan dilakukan selama 6 bulan berturut-turut.
Setiap bulan akan dievaluasi sehingga bentuknya akan dinamis. Hasil penelitian akan disampaikan kepada Dinkes sebagai bahan masukan untuk diskusi bagaimana melakukan penanganan stunting.
Edwin Tohaga mengungkapkan mengentaskan stunting menjadi tugas bersama. Semua pihak bisa turut serta menyelesaikan masalah kurang gizi pada balita. (*)