Kongres Masyarakat Adat Nusantara VI

250 Pelajar SMA Papua Peragakan Kehidupan Lima Suku Adat Lewat Tarian Kolosal

Sebanyak 250 pelajar SMA di Kabupaten Jayapura memeragakan dengan penuh penghayatan gerakan pangkur sagu, berkebun dan mencari ikan.

Editor: Raka F Pujangga
Tribun-Papua.com/ Libert
Sebanyak 250 pelajar dari wilayah Adat Tabi saat menampilkan tarian kolosal di Stadion Barnabas Youwe, Sentani, Papua, Senin (24/10/2022). 

TRIBUN-PAPUA.COM, SENTANI - Sebanyak 250 pelajar SMA di Kabupaten Jayapura memeragakan dengan penuh penghayatan gerakan pangkur sagu, berkebun dan mencari ikan.

Konseptor sekaligus music director, Markus Rumbino mengatakan, tak hanya keseharian masyarakat adat suku Injros, Keerom, Sentani, Mamberamo, dan Sarmi yang ditampilkan dalam tari kolosal itu.

Tarian itu memeragakan mengenai kehidupan lima suku wilayah adat Tabi ditampilkan menarik dalam pembukaan Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI di Stadion Barnabas Youwe Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (24/10/2022).

Baca juga: Penonton Terkesima Lihat Penari Tradisional Papua Pakai Kostum Berbahan Kayu

Tapi lebih mendalam, menyiratkan  tentang kepercayaan masyarakat adat Tabi bahwa manusia dan alam adalah satu kesatuan.

"Masyarakat adat tidak bisa dipisahkan dari alam," kata Markus Rumbino kepada Tribun-Papua.com.

Namun, sambung dia, kerusakan alam di wilayah adat Tabi sudah tak bisa dielakkan. 

Lantaran, arus modernisasi yang menuntut pembangunan terus-menerus.

Merusak alam sambil menggerus tatanan sosial dan budaya masyarakat adat.

Baca juga: Apresiasi KMAN, Yance Dukung RUU Tentang Masyarakat Adat

"Banyak yang mulai meninggalkan petuah-petuah leluhur sehingga terjadi krisis moral," tuturnya.

Oleh sebab itu, Markus Rumbino sengaja mengangkat filosofi wilayah adat Tabi yang dijuluki negeri matahari terbit dalam tari kolosal tersebut.

Agar masyarakat adat diingatkan kembali bahwa segala sesuatu yang ada di bawah kolong langit, diperhatikan oleh Sang Pemilik Kehidupan.

"Kepercayaan leluhur dulu kan pada Igwa Igwa atau dewa matahari. Jadi, kita harus jaga sikap karena diperhatikan matahari dari siang sampai malam," terangnya.

Adapun unsur terik matahari atau api ditandai dengan cat merah pada tubuh penari.

Baca juga: Presiden Jokowi Batal Hadiri Kongres Masyarakat Adat Nusantara IV di Papua

Sedangkan biru melambangkan langit biru, hijau tentang kesuburan tanah dan putih menandakan awan putih di bentangan langit. 

Sementara itu, Ketua Wilayah Adat Imbinumbai, Kota Jayapura, Alfons Samai mengaku terharu dengan penampilan tari kolosal tersebut.

"Itu cerita tentang kehidupan masyarakat adat wilayah Tabi, jadi saya sangat senang," pungkas Alfons Samai. (*)

 

Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Kehidupan Lima Suku Wilayah Adat Tabi Tampil dalam Tari Kolosal Pembukaan KMAN VI di Papua

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved