Berita Jateng
Kondisi Kuburan Massal PKI di Plumbon Semarang, Nisan Kusam Dipenuhi Daun Jati dan Semak Belukar
Jejak tragedi pembantaian G30S PKI masih ditemukan di Kota Semarang berupaya kuburan massal para korban.
Penulis: Iwan Arifianto | Editor: Moch Anhar
Terpisah, Aktivis kemanusiaan dan pegiat HAM dari Perkumpulan Masyarakat Semarang,Yunantyo Adi, mengatakan, mendapatkan informasi awal adanya makam itu dari mahasiswa Unika pada Juni 2014.
Pihaknya mulai tergerak untuk merawat kuburan massal itu September 2014.
Selepas melobi berbagai pihak selama delapan bulan lebih, kuburan massal itu berhasil diresmikan.
"Diresmikan ramai-ramai pada 1 Juni 2015 bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila melibatkan pemerintah, TNI-Polri, Ormas, keluarga korban dan lainnya," katanya TribunMuria.com.
Peresmian kuburan massal itu ternyata menarik semua pihak.
Di antaranya organisasi di bawah naungan UNESCO bernama The International Center for the Promotion of Human Rights (CIPDH), yang menobatkan makam itu sebagai situs sejarah korban perang.
UNESCO menilai pemakaman itu sebagai situs pelanggaran berat HAM masa lalu, yang memperoleh perlakuan orang zaman sekarang dengan berbeda, yang dianggap memiliki nilai edukasi.
"Plumbon dijadikan memori situs CIPDH UNESCO. Kami dihubungi lewat email 1 Mei 2019, dinyatakan resmi awal Januari 2020," terangnya.
Ketika peresmian itu, warga setempat turut membantu.
Bahkan seminggu sebelum peresmian, para warga gotong royong membersihkan jalan hingga mendirikan tratak.
"Peresmian ketika itu sudah kayak acara pernikahan," terangnya.
Kegiatan peresmian pemakaman korban PKI itu memang terhitung lancar.
Memang ada beberapa kendala seperti orang menghubungi supaya membatalkan kegiatan peresmian kuburan itu.
Selain itu, perhatian dari pusat seperti Komnas HAM juga tidak ada respons.
"Ajaib saja, acara itu berlangsung baik-baik saja, tak ada yang mengganggu," ungkapnya.