Berita Pati

Driver Ojek Online Pati Protes Kenaikan Harga BBM, Tidak Sebanding Penghasilan

Sri Wahono (40), seorang pengemudi ojek daring (ojek online/ojol) merasa keberatan dengan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). 

Mazka Hauzan Naufal
Sri Wahono (40), seorang pengemudi ojek daring (ojek online/ojol), saat ditemui TribunMuria.com di SPBU depan Stadion Joyokusumo Pati, Sabtu 3 September 2022 petang. Ia merasa keberatan dengan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). 

TRIBUNMURIA.COM, PATI - Sri Wahono (40), seorang pengemudi ojek daring (Ojek Online/ojol) merasa keberatan dengan adanya kenaikan harga BBM.

Sebagaimana diketahui, per 3 September 2022 pukul 14.30 WIB, pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM.

Harga Pertalite yang semula Rp 7.650 naik menjadi Rp 10 ribu per liter.

Baca juga: Warga Blora Harus Menunggu 1 Jam di SPBU Saat Kenaikan Harga BBM Diketok

Sri Wahono (40), seorang pengemudi ojek daring (ojek online/ojol), saat ditemui TribunMuria.com di SPBU depan Stadion Joyokusumo Pati, Sabtu 3 September 2022 petang. Ia merasa keberatan dengan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Sri Wahono (40), seorang pengemudi ojek daring (ojek online/ojol), saat ditemui TribunMuria.com di SPBU depan Stadion Joyokusumo Pati, Sabtu 3 September 2022 petang. Ia merasa keberatan dengan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). (Mazka Hauzan Naufal)

Kemudian Pertamax yang sebelumnya Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.

Adapun Bio Solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter.

Menurut Sri Wahono, kenaikan harga BBM tersebut tidak sebanding dengan penghasilannya sebagai driver ojol.

“Dengan kenaikan harga BBM ini, pendapatan kami akan semakin menurun. Karena akan ada efek domino secara ekonomi. Orderan kami pasti turun,” ujar warga Muktiharjo ini saat ditemui TribunMuria.com di SPBU depan Stadion Joyokusumo Pati, Sabtu 3 September 2022 petang.

Menurut Sri Wahono, dengan adanya kenaikan harga BBM, harga barang dan jasa juga akan ikut naik.

“Efek dominonya, jumlah orderan juga akan makin turun. Orderan kami kan juga ada food lalu pengangkutan barang. Kalau BBM naik, serba naik semua. Di awal-awal pasti (orderan) turun sekitar 25 persen,” ucap dia.

Menurut Sri Wahono, setelah jumlah orderan turun akibat harga BBM naik, pemulihannya akan membutuhkan waktu berbulan-bulan.

Sri Wahono sendiri mengaku belum membeli bensin setelah harga naik. Petang itu, di SPBU yang ia kunjungi stok pertalite sedang kosong. Sedangkan ia tidak pernah mengisi tangki sepeda motornya dengan pertamax.

“Belum beli bensin setelah harga naik. Mau beli malah kosong. Saya selalu pakai pertalite, tidak pernah pertamax. Berat kalau pakai pertamax, bisa tidak dapat apa-apa, tidak ada pendapatan,” kata dia.

Sri Wahono mengatakan, dengan tarif pertalite sebelumnya, ia biasa menghabiskan modal Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu per hari untuk bensin.

“Itu pengeluaran bensin dengan rata-rata 20 trip. Kalau uangnya (penghasilan) dari 20 trip itu rata-rata Rp 125 ribu sampai Rp 150 ribu,” jelas dia.

Maka, ia bisa membayangkan penghasilannya akan semakin menurun dengan adanya kenaikan harga pertalite.

Halaman
12
Sumber: TribunMuria.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved