Berita Blora

Harga Telur Meroket, Pedagang di Blora Langsung Terdampak Permintaan Konsumen yang Anjlok

Dengan meroketnya harga telur ayam di hampir daerah di Kabupaten Blora, ini membuat sejumlah pedagang telur juga kelimpungan.

Penulis: Ahmad Mustakim | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM/AHMAD MUSTAKIM
Pedagang telur di Desa Sarimulyo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Miftah saat menata telur yang akan dijualnya. 

TRIBUNMURIA.COM, BLORA – Dengan meroketnya harga telur ayam di hampir daerah di Kabupaten Blora, ini membuat sejumlah pedagang telur juga kelimpungan.

Pasalnya dengan naiknya harga telur ini, membuat permintaan menurun drastis.

Seperti pedagang telur asal Desa Sarimulyo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Miftah.

Dikatakannya, harga telur mulai naik awal Agustus kemarin.

Baca juga: Grand Maerakaca Auto Show 2022 Mulai Buka, Bapenda Jateng Kejar Target PAD Pajak Kendaraan 

"Awal Agustus mulai naik, disebabkan bantuan BPNT turun, PKH juga," ucapnya kepada tribunmuria.com, Minggu 28 Agustus 2022.

Berbeda dengan seminggu lalu bahkan dua hari ini cenderung menurun.

Miftah menjual telurnya dengan harga Rp 29 ribu kepada para pedagang pasar.

"Merek nanti menjual di harga Rp 30-31 ribu per kg," terangnya.

Menurutnya, pasokan telur cenderung aman. Justru pasarnya yang sepi.

"Untuk ketersediaan aman. Stabil," ungkapnya.

Untuk permintaan pembeli merosot turun hingga  80 persen.

"Kita tetap jalan, tapi tak seperti biasanya, mengikuti pasar, mengambil secukupnya," jelas Miftah.

"112 krat /1 ton 650 kg, sehari sekarang bisa mencapai tiga hari baru habis," imbuhnya.

Harapannya, harga turun lagi, normalnya kemarin komoditas kandang yang 22 ribu.

"Semua kembali normal lah," harapnya.

Adapun dirinya mampu mendistribusikan telur di berbagai pasar hingga luar kabupaten Blora.

"Pasar Ngawen, Kunduran, Todanan, Puncakwangi Pati, Grobogan, Japah juga," ungkapnya.

Pemilik warung kelontong di Desa Sarimulyo, Damisih (42) mengaku dengan naiknya harga telur ini meresahkan warga.

"⁴Meresahkan masyarakat, banyak keluhan. Kurang laris, masyarakat enggan beli telur," terangnya.

Harga ecer telur yang ia jual sudah mencapai Rp 30 ribu.

"Saya Kulak langsung dua krat, 30 kg. Telur habis baru disetor lagi," terangnya.

Ia menyebut kondisi normal laris tidak ada seminggu habis, sekarang dua mingguan kadang tidak habis.

"Ini sama harga daging ayam sama. Padahal biasanya lebih mahal harga daging," jelasnya.

Akhirnya, pembeli memilih membeli yang lain dari pada membeli telur yang harganya selangit.

"Harapannya semoga kembali normal seperti semula, jadi masyarakat bisa konsumsi telur," pungkasnya.

Baca juga: Pedagang Masih Bertahan di Pasar Relokasi MAJT, Dinas Perdagangan Minta Segera Pindah di Johar Baru

Sementara itu, Puryanti, seorang ibu rumah tangga di Sarimulyo mengungkapkan keluhannya atas naiknya harga telur ini.

Kini ia membeli sesuai kebutuhan, bahkan dia membeli telur diharga Rp 32 ribu per kg.

"Harganya tinggi. Sekarang saya membeli sesuai kebutuhan saja," ucapnya.

Puryanti berharap, harga kembali normal.

Sebab ini merupakan kebutuhan pokok juga.

"Apalagi ini berdampak banget pada yang punya kebutuhan telur setiap hari," terangnya. (*)

Sumber: TribunMuria.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved