Berita Blora
Kaum Muda Dominasi Demografi Indonesia, Dibutuhkan Ruang Kolektif untuk Eksis Bersama
Dominasi kaum muda dengan tingkat produktivitas tinggi di masa mendatang jadi pembahasan yang menarik bagi anak muda Blora.
Penulis: Ahmad Mustakim | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM, BLORA – Bicara tentang generasi memang menarik, mengingat Indonesia hingga tahun 2035 akan mengalami bonus demografi.
Di mana negara agraris ini akan didominasi oleh kaum anak muda yang memiliki tingkat produktivitas tinggi.
Namun hal tersebut ternyata justru menjadi pembahasan yang menarik bagi sejumlah anak muda di Blora.
Mereka yakni dari komunitas perpustakaan jalanan Blora, Umah Talang Bocor, Kandang Pendaki, HMI, PMII hingga komunitas lainnya untuk membahas tentang keresahan Generasi Z.
Baca juga: Proyek Pembangunan Jembatan Kaca Tinjomoyo Berlanjut, Wali Kota Hendi Minta Selesai Tepat Waktu
Kehadiran seorang penulis buku hebat dari Jakarta, yakni Muhammad Faisal yang juga seorang Founder Youth Laboratory Indonesia.
Ia sudah menulis 5 buku.
Mulai dari buku "Generasi Langgas", cetak ulang tahun 2015, "Generasi Phi 2017" penerbit republika, "Generasi Kembali ke Akar", Penerbit kompas 2019 dan yang lainnya.
Memulai karir dari tahun 2008 hingga sekarang masih eksis atau sudah 12 tahun berkarya.
Tak hanya itu, dirinya juga melakukan riset tentang generasi muda dan segala pernak perniknya.
Dalam sharing diskusi tersebut narasumber dari lokal, seorang pegiat literasi asli Blora bernama Purbo Harjono yang sudah menerbitkan satu puisi buku "Cinderamata Pernikahan dan Kisah-kisah lainnya".
"Hari ini itu diskusi spontan ya, kegelisahan generasi muda. Inisiatif dari umah talang bocor," ucap Muhammad Faisal kepada Tribu]\'nMuria.com di lokasi, Rabu malam 24 Agustus 2022.
Diskusi tersebut banyak membahas isu-isu tentang anak muda juga tentang movement bagaimana pergerakan anak muda di sekitaran Blora.
"Antusiasnya luar biasa, dari mulai keaktifan pertanyaannya sangat kritis. Ada semangat untuk melanjutkan ke acara selanjutnya, itu yang paling penting ya," ungkap Muhammad Faisal.
Menurutnya, ruang kolektif tidak ada jarak, tidak seperti seminar, lebih intim antara narasumber setara dengan audience.
"Anak muda di Blora banyak energi yang harus disalurkan. Maka butuh ruang publik, ruang aktifitas, ruang dialektika, berfikir, agar ini tidak ke arah yang negatif," terang Muhammad Faisal.
"Tidak jadi satu frustasi dan stress sendiri sesuatu yang dihadapi, dari kecemasan itu di arahkan ke sesuatu yang produktif," imbuh Muhammad Faisal.
Disampaikannya, menurut RI 1, dari beberapa kabar kebijakan berita negara terakhir secara global, katanya, menyongsong masa-masa gelap.
Baca juga: Sinau Jurnalistik PWI Blora, Bupati Ajak Media Gencarkan Promosi Potensi Unggulan Daerah
"Masa-masa gelap itu tidak akan bisa kita lalui sendirian. Hanya bisa kita lalui secara bersama-sama," ujar Muhammad Faisal.
"Kita harus mulai merajut, perkumpulan-perkumpulan kolektif seperti ini. Karena sangat penting ini untuk survival," pesannya.
Sementara panitia kegiatan, Alip Bengkong mengatakan acara ini memang terlaksana secara dadakan.
"Mengingat Mas Muhammad Faisal masih di Blora, maka kita nggak mau melewatkan ilmu darinya. Semoga bermanfaat," pungkas Alip. (*)