Berita Jateng
Cegah Penyebaran Cacar Monyet di Semarang, Dinkes INgatkan Warga untuk Waspada Penularan dari Hewan
Dinas Kesehatan Kota Semarang menyatakan belum ada kasus suspek ataupun terdiagnosa cacar monyet atau monkeypox di Kota Semarang.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: Moch Anhar
TRIBUNMURIA.COM, SEMARANG - Dinas Kesehatan Kota Semarang menyatakan belum ada kasus suspek ataupun terdiagnosa cacar monyet atau monkeypox di Kota Semarang.
Kasus suspek di Jawa Tengah yang disebutkan oleh Kementerian Kesehatan bukan di Semarang. Hal tersebut ditegaskan Kepala Dinkes Kota Semarang, Moh Abdul Hakam, Kamis (4/8/2022).
"Sejauh ini tidak ada laporan dari rumah sakit tentang itu," tandas Hakam.
Meski demikian, Hakam mengatakan, tetap waspada terhadap segala penyakit baru yang disebabkan oleh virus ataupun bakteri, termasuk cacar monyet.
Baca juga: Angkat Batik Kudus dalam Produk Fashion, Desainer Denny Wirawan Bina Pelajar SMK Tata Busana
Baca juga: Rawan Kecelakaan, Satlantas Polres Blora Pasang Banner Imbauan untuk Hati-hati Berkendara
Baca juga: Segera Dibongkar, Satpol PP Ultimatum 14 Tempat Karaoke di Pasar Klitikan Penggaron Semarang
Apalagi, penyakit ini telah diberitakan menyerang di beberapa negara hingga ribuan pasien. Maka, orang-orang dari negara yang sudah muncul wabah cacar monyet perlu diantisipasi.
"Teman-teman KKP masing-masing embarkasi di bandara dan pelabuhan sudah melakukan skrining terhadap para penumpang yang berasal dari wilayah yang saat ini ada wabah cacar monyet," paparnya.
Beberapa waktu lalu, pihaknya juga telah menyampaikan kepada rumah sakit di Kota Lunpia untuk waspada terhadap munculnya cacar monyet mengingat pihaknya sempat mendapatkan pasien yang mengarah ke cacar monyet.
Hanya saja, saat diperiksa hasilnya tidak terbukti terkena cacar monyet.
"Satu setengah bulan lalu, kami sempat dapat, cuma kami periksa di Litbangkes hasilnya negatif," bebernya.
Hakam mengatakan, orang yang terkena cacar monyet harus dirawat di tempat isolasi.
Menurutnya, Kota Semarang tentu siap dengan ruang isolasi mengingat sebelumnya juga sudah terbiasa menyiapkan tempat isolasi untuk pasien Covid-19.
Hanya saja, proses disinfeksi untuk perawatan cacar monyet harus sesuai ketentuan.
"Kita tidak perlu khawatir seandainya ada kecurigaan ke arah cacar monyet. RS di Kota Semarang saat ini masih merawat pasien Covid-19. Pasien cacar monyet pun harus karantina di ruang isolasi sampai dinyatakan bukan cacar monyet," terangnya.
Hakam menjelaskan, gejala cacar monyet ini hampir sama dengan cacar air. Hal yang membedakan yakni penyakit ini terjadi pembesaran di kelenjar limfe dan getah bening. Kemudian, pasien mengalami demam selama tiga hari dan timbul ruam kemerahan di muka yang menjalar ke seluruh badan berisi air dan nanah.
Biasanya, penyakit ini berlangsung selama dua hingga empat minggu.
Penularan cacar monyet melalui kontak langsung ataupun droplet dari hewan apapun atau manusia yang terkonfirmasi virus tersebut.
Maka, peralatan seperti seprei, pakaian, dan lainnya dari orang yang terinfeksi cacar monyet harus didisinfeksi karena bersifat infeksius.
"Reservoarnya tidak harus monyet, semua binatang bisa. Namanya cacar monyet karena dulu 1958, ada kejadian wabah itu terjadi pada monyet," katanya.
Baca juga: 25 SMP di Blora Ikut Simulasi ANBK, Fiqri: Pastikan Aplikasi Bisa Berjalan Baik
Baca juga: Balada Roy Suryo, Ngeluh Sakit saat Tersangka, Tertawa Lepas kala Touring, Seret Nama Eks Wakapolri
Baca juga: Wamenkumham Tanggapi Dugaan Jual Beli Remisi: Tak Semudah Itu, Semua Diawasi Ketat
Dia mengimbau masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan serta menghindari hewan yang sedang mengalami sakit.
Masyarakat yang terkena cacar diminta segera berobat ke fasilitas kesehatan. Selanjutnya, konsumsi daging hewan juga harus benar-benar matang.
Pasalnya, risiko paling parah dari cacar monyet ini bisa menyebabkan kematian jika virus sudah menginfeksi organ tubuh, misalnya jantung dan paru-paru.
"Di beberapa literatur disampaikan 10 diantara pasien cacar monyet tidakk bsa ditolong. Awal-awal menular di kulit luar, tapi kalau sudah mengenai sistem pernafasan, apalagi pasien punya komorbid pasti akan memberatkan sisi level severitinya," terangnya. (*)